jatimnow.com - Pasangan suami istri (pasutri) dengan HIV-AIDS (ODHA), Juni (46) dan Dasri Dwi Setyorini (42) asal Kabupaten Tulungagung yang sebelumnya sempat mengalami diskriminasi dan penolakan dari warga kini mulai bangkit dari keterpurukan.
Selama setahun terakhir, pasutri ini dikucilkan dari masyarakat. Tak hanya itu, juga terjadi pada R (5), anak mereka yang juga positif mengidap HIV-AIDS.
Minimnya pemahaman dan pengertian masyarakat terhadap penyakit ini membuat pasangan sempat mendapatkan perlakuan kurang mengenakkan dari tetangganya.
Baca juga: 324 Orang di Kota Batu Mengidap HIV
Ditemui di rumahnya di Desa Sendang, Kecamatan Sendang, pasangan yang telah menikah sejak tahun 2010 ini mengatakan jika mereka baru mengetahui mengidap virus tersebut pada tahun 2017 lalu.
Mereka diminta untuk melakukan pemeriksaan darah dan diketahui positif oleh petugas puskesmas setempat.
"Setelah positif, kami sekeluarga rutin mengkonsumsi obat AVR dan Alhamdulillah sangat membantu hingga sekarang," kata Juni, Minggu (1/12/2019).
Peristiwa diskriminasi terjadi saat warga mulai mengetahui bahwa mereka mengidap virus itu. Para tetangga mulai membatasi untuk bergaul dengan pasangan ini.
Usaha jualan sayur mayur yang sempat dirintisnya mengalami kebangkrutan karena pelanggan takut tertular.
Ironisnya, anak mereka yang masih berusia 5 tahun juga diketahui mengidap virus tersebut hingga turut dikucilkan oleh teman sekolahnya.
"Saya sempat frustasi menghadapi hal tersebut. Sempat terbersit keinginan untuk merantau karena tidak kuat," ujarnya.
Baca juga: 6.145 Kasus Baru HIV/AIDS di Jatim Ditemukan Hingga Oktober 2022
Diskriminasi tersebut berangsur menghilang saat tim dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Tulungagung melakukan pendampingan. Mereka secara intensif memberikan penyuluhan ke masyarakat terkait virus HIV AIDS dan cara penyebarannya.
Tidak hanya sosialisasi mereka juga memberikan contoh dengan cara menggelar makan bersama di rumah Juni. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa virus tidak menyebar melalui makanan.
"Intensitas pendampingan kami tingkatkan, tidak hanya penyuluhan kami juga menggandeng stakeholder yang ada," tutur Ifada Nur Rohmaniah, Sekretaris KPA Tulungagung.
Secara perlahan masyarakat mulai menerima keberadaan Juni dan keluarganya. Mereka mulai kembali bergaul dan bersosial seperti biasanya.
Bahkan para tetangga kini sudah mau untuk memakan masakan yang dimasak oleh keluarga Juni. Sebelumnya mereka selalu menolak masakan, bahkan tak jarang membuang masakan tersebut.
Baca juga: Kasus HIV/AIDS Surabaya Tertinggi se Jatim, Didominasi Laki-laki Usia Produktif
"Setelah kondisinya stabil kita juga bantu untuk meningkatkan ekonominya, alhamdulilah keluarga Juni sekarang sudah survive," terangnya.
Rudi, salah seorang tetangga pasutri ini mengatakan kondisi saat ini sudah berbeda dengan satu tahun lalu. Dimana para tetangga enggan untuk bersosialisasi dengan Juni.
Minimnya pengetahuan mereka tentang virus ini menjadi salah satu penyebabnya.
"Kalau sekarang sudah tidak takut lagi, Pak Juni juga baik orangnya," katanya.