jatimnow.com - Dua pelajar SMAN 3 Ponorogo membuat biofoam berbahan dasar ampas ketela dan bonggol jagung. Biofoam itu ramah lingkungan karena bisa terurai dan terbuat dari bahan alami.
Kedua pelajar SMAN 3 Ponorogo itu adalah Jananhti Cucu Jayadi (16) dan Salamah Zukhrufa Jannah (16).
"Tujuan kami sederhana. Kami hanya ingin mengganti sampah styrofoam dengan biofoam," tutur Jananhti Cucu Jayadi kepada jatimnow.com, Jumat (6/3/2020).
Baca juga: Pelajar SMK 10 Nopember Sidoarjo Ciptakan Skincare dari Hama Telur Keong Sawah
Ia menerangkan, biofoam buatannya bisa memanfaatkan limbah dari hasil tanaman petani. Terutama bonggol jagung yang mempunyai serat kasar serta ampas ketela yang mengandung pati.
"Jadi kami memanfaatkan limbah hasil pertanian yang tidak membahayakan untuk tubuh dan lingkungan," jelas siswa kelas XI SMAN 3 Ponorogo ini.
Untuk membuat biofoam itu, pertama membuat adonan dari ampas ketela dan bonggol jagung yang sudah dihaluskan. Kemudian ditambahkan air mineral dan PVA diaduk hingga menjadi adonan. Setelahnya dicetak dengan cara thermo pressing.
Sementara Salamah menambahkan, PVA digunakan untuk meningkatkan nilai densitas supaya kuat saat digunakan sebagai wadah makan serta tidak mudah pecah atau robek. Selain itu agar biofoam mudah terurai dan tidak beracun.
Baca juga: Budidaya Cacing Afrika, Siswa SMP Ini Raup Banyak Cuan
"Karena keterbatasan alat, kami mencetak biofoam ini menggunakan wajan biasa," terangnya.
Dia menyebut, biofoam buatannya itu bisa cepat terurai. Selama 14 hari sebanyak 50 persen terdegradasi. Sedangkan styrofoam pada umumnya membutuhkan waktu puluhan tahun.
"Kelebihan biofoam lebih aman digunakan karena tidak mengandung bahan yang bersifat mutagenik maupun karsinogenik. Di lingkungan juga ramah karena mudah terdegradasi," paparnya.
Baca juga: Video: Pelajar Ciptakan Biofoam Ramah Lingkungan
Selain itu, jika biofoam ini termakan oleh hewan ternak lebih aman karena terbuat dari bahan alami. Bahkan biofoam ini kadang dikerubuti semut.
"Kami sempat kesulitan bikin perbandingan yang cocok, ada 12 kali percobaan. Hasil yang paling pas 50:50 untuk ampas ketela dan bonggol jagung," tambahnya.
Guru pembimbing Siti Nur Waqidah menambahkan, penemuan kedua siswanya yang diberi nama eco friendly biofoam palaboja itu meraih juara kedua Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat nasional di Universitas Muhammadiyah Malang.
"Harapannya ini bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, agar mengurangi sampah kimia," pungkas Ida.