jatimnow.com - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai diterapkan di tiga wilayah di Jawa Timur, yakni Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik.
Masyarakat biasanya muncul kecemasan dan ingin menyelamatkan diri dan keluarga. Cara yang digunakan bisa bijak, bisa juga tidak bijak.
Cenderung tidak bijak, jika kita tidak berpikir tentang bagaimana yang dirasakan saudara-saudara kita yang lain. Cenderung tidak bijak ketika kita berpikir negatif baik kepada pemerintah maupun orang lain (warga masyarakat).
Baca juga: Mengulik Skenario Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Surabaya
Itulah yang disampaikan oleh Guru Besar STIE Perbanas Surabaya, Prof Dr Tatik Suryani, Psi, M.M.
Saat pelaksanaan PSBB berlangsung, penulis buku 'Perilaku Konsumen' ini berbagi tips menghindarkan diri menjadi pembelanja panik atau panic buying.
Beliau mengatakan Allah SWT memang Maha Mengatur, momen pemberlakukan PSBB di bulan Ramadan, sebagian besar mayoritas masyarakat menjalankan ibadah puasa yang mengajarkan kepada orang islam untuk mengendalikan diri.
"Tentu, harapannya tidak akan terjadi yang namanya panik berbelanja, namun belum tentu," terangnya dalam siaran pers yang diterima redaksi, Selasa (28/4/2020).
Menurutnya, kenyataan di beberapa negara ketika akan diumumkan lockdown, panic buying behavior terjadi.
"Jadi, di lingkungan kita pun bisa saja itu terjadi, jika di antara kita tidak bisa mengendalikan diri. Mengapa terjadi panic buying, sehingga 'memborong' barang belanjaan, lalu bagaimana caranya supaya kita tidak ikut-ikutan?" ujar dia.
Ia menjabarkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya panic buying. Adapun faktor seseorang bisa panic buying, di antaranya dorongan untuk survive; kecemasan antisipatif; ketularan atau rasa takut dapat menular; dan rumor dan informasi yang tidak benar.
"Di tengah situasi yang diliputi kehawatiran dan ketakutan, informasi yang tidak jelas sumbernya, bahkan isinya negatif dan membingungkan sering kali muncul. Kondisi ini dapat mendorong seseorang untuk melakukan panic buying," jelasnya.
Menyikapi kondisi tersebut, Kepala Program Studi Magister Manajemen STIE Perbanas Surabaya ini mengajak masyarakat untuk bisa mengatasi agar tidak panic buying saat PSSB berlangsung.
Baca juga: Mengintip Kesiapan Polda Jatim Jelang PSBB Jawa-Bali
Guru Besar STIE Perbanas Surabaya, Prof Dr Tatik Suryani, Psi, M.M
Beberapa tips yang diberikannya, pertama membersihkan mindset (pikiran) dari emosi dan pikiran negatif.
Kata Tatik, setiap orang perlu menyaring (filter) informasi yang penting dan akurat. Ketika informasi itu tidak masuk akal, maka sebaiknya dibuang dan diabaikan.
Kedua, mengembangkan empati. Artinya, seseorang perlu berpikir setiap yang dilakukannya akan berdampak terhadap orang lain.
"Ketika ada godaan mulai terpengaruh melakukan panic buying, segeralah untuk berpikir, kalau barang-barang yang dijual itu kita borong, mungkin ada orang lain yang lebih membutuhkan," sarannya.
Baca juga: Pemkot Surabaya Diminta Verifikasi Tempat Usaha saat Pembatasan Baru
Lebih lanjut, dirinya menyarankan untuk merencanakan kebutuhan belanja bukan keinginan belanja. Perlunya mengecek barang yang dibeli dan menyisihkan sisa uang untuk berjaga-jaga.
Dirinya mengajak untuk percaya bahwa saat ini era transparansi. Ketika akan terjadi kelangkaan barang, maka pemerintah akan segera turun tangan.
"Jadi, ketika masyarakat sedang kesulitan untuk mendapatkan bahan-bahan kebutuhan pokok, yakinlah bahwa pemerintah tidak tinggal diam. Jika pemerintah diam, pasti masyarakat akan protes. Yakinlah juga bahwa para pengusaha retail di bidang itu akan segera bertindak untuk menangkap peluang," paparnya.
Ia berpesan agar kita menjauhi rumor dan jangan membuat rumor baik dengan media konvensional maupun media sosial. Kemudian, selalu ingat dan menyadari bahwa apapun yang dilakukan kalau merugikan orang lain akan dimintai pertanggungjawaban kelak.
"Jika kita berpuasa, maka akan menodai puasa kita. Puasa adalah saat emas untuk berlomba-loma melakukan kebajikan. Jadi, tidak usah panik dan jadilah pembelanja bijak," pesannya.