jatimnow.com - Setelah meninggalnya satu keluarga terdiri dari papa, mama, kakak dan keponakannya dalam kurun waktu kurang dari seminggu, D berharap pemerintah merespon kepada ODP, PDP maupun yang dinyatakan positif Covid-19.
"Harapannya pemerintah bisa cepat menangani kasus ini. Fokusnya tidak hanya di positif saja. Kalau sudah ada gejala mungkin cepat ditangani," ujar perempuan yang berusia 27 tahun ini kepada jatimnow.com, Sabtu (6/6/2020).
Baca juga:
Baca juga: Siswa Terkonfirmasi Covid-19, Pembelajaran 2 SMA di Ponorogo Kembali Daring
- Satu Keluarga Meninggal Dunia di Gubeng, Terpapar Covid-19?
- Satu Keluarga di Gubeng Meninggal, Warga Resah
- 4 Orang Sekeluarga di Gubeng Surabaya Meninggal, Begini Kisahnya
- Kehilangan Sekeluarga di Surabaya, Mengaku Dikenakan Biaya Pemulasaran
- 4 Orang di Surabaya Meninggal, Keluarga Mengaku Tak Dapat Bantuan
Ia harus kehilangan empat keluarganya. Yang pertama kali meninggal dunia adalah papanya, Gatot Soehardono (68) pada 30 Mei 2020 pukul 7.30 Wib di rumah sakit di kawasan Surabaya selatan.
Kedua, calon keponakannya yang ada di dalam kandungan berusia 8 bulan dari kakak pertamanya dan telah dimakamkan pada 30 Mei pukul 18.00 Wib.
Pada 31 Mei, kakak pertamanya bernama Debby Kusumawardhani (34) meninggal pada pukul 01.50 Wib dan dimakamkan juga di Makam Keputih Surabaya.
Selang dua hari kemudian, mamanya bernama Christina Sri Winarsih (60) juga meninggal dunia di rumah sakit pukul 14.30 Wib.
Ia panjang lebar menceritakan kronologis meninggalnya orang-orang yang dicintainya itu. Namun, D tidak tahu dari mana kakaknya terindikasi terpapar Virus Covid-19.
"Saya nggak tahu kakak saya terpapar dari mana. Saya juga nggak ngerti dan itu masih dugaan sementara. Kakak saya cuti kerja selalu di rumah saja. Papa, mama selalu di rumah saja," tuturnya.
D berharap pemerintah cepat menangani Pandemi Covid-19 di Surabaya.
"Fokusnya tidak hanya di positif (Covid-19) saja. Kalau sudah ada gejala-gejala mungkin lebih cepat ditangani," ujarnya.
Ia menceritakan bagaimana mama, papa dan kakaknya menunggu lama untuk tes swab. Bahkan, mamanya yang sudah tidak tahan dengan sakit yang dialaminya, harus menunggu untuk tes swab.
Baca juga: Swalayan Lai Lai Somasi Wisatawan Positif Covid-19 yang Berlibur ke Malang
"Pada saat itu saya pernah tanya ke teman saya dokter, karena swabnya terlalu lama bagi mama saya 2 Juni. Teman saya bilang bahwa semua rumah sakit di Surabaya lagi overload," katanya.
"Jadi kami menjadi bingung harus mau ke mana. Mau nggak mau menunggu sesuai jadwal," tambahnya.
Rumah sakit rujukan Covid-19 sudah overload. Bahkan informasi yang didapat D di rumah sakit yang ada di Surabaya selatan itu hampir setiap hari ada pasien Covid-19.
"Itu dari rumah sakit sana saja, belum rumah sakit lainnya. Jadi kami berharap pemerintah dapat cepat menangani Virus Covid-19 ini. Tidak hanya positif saja, tapi dari mulai ODP, PDP sampai positif cepat tertangani," harapnya.
D mengucapkan terima kasih ketika di jalan satu gang tempat tinggal orang tuanya disemprot disinfektan pasca papanya meninggal dunia.
Juga disemprot lagi ketika mamanya meninggal dunia. Rumah orang tuanya telah disemprot disinfektan berulang kali.
Baca juga: Pelajar di Tulungagung Kembali Belajar Secara Online
Meski rapid test nya non reaktif, D ditelepon oleh dokter Jibril dari Gugus Tugas Covid 19 Jatim untuk dibantu tes swab. Pada Jumat (5/5/2020) siang, D dites swab di RSU dr Soetomo. Malam harinya hasilnya belum keluar dan diperkirakan paling lama antara 3 sampai 5 hari.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga mengirimkan karangan bunga duka cita atas meninggalnya papa, mama, kakak dan keponakannya.
D yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumahnya di Medokan bersama keponakannya juga sempat dihubungi petugas Puskemas Medokan untuk menanyakan perkembangan kondisi kesehatannya.
Kakak keduanya hasil rapid test reaktif sedang menjalani isolasi mandiri di rumahnya di kawasan Gubeng. Sedangkan kakak ipar bersama anaknya berusia 17 bulan yang hasil rapid test juga reaktif menjalani isolasi di hotel.
"Harapan ketika warga atau keluarga yang di isolasi, saya minta dipantau. Saya dan keluarga juga minta dipantau karena kontak erat dengan almarhum dan almarhumah. Tapi saya sendiri sadar dan jaga diri, mengisolasi dan tidak ke mana-mana," tandasnya.