jatimnow.com - Komplek pemakaman umum yang biasanya terlihat angker tidak terlihat di Desa Ngadirejo, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Ratusan nisan di lokasi itu telah di cat dengan aneka warna sejak puluhan tahun silam.
Mudin desa, Sunyoto (48), mengatakan mengecat makam adalah sebuah budaya yang lahir secara alami dari masyarakat Ngadirejo secara turun-temurun.
Baca juga: Foto: Makam di Pasuruan Berwarna
Baca juga: Pria ini Nekat Bobol Kotak Amal Makam yang Hanya Berisi Rp 42 Ribu
"Dari dulu makam-makam di desa kami ini di cat oleh keluarganya masing-masing. Sekitar lebih dari 20 tahun yang lalu hingga sampai saat ini. Sudah jadi budaya lah," jelas Sunyoto, Senin (29/6/2020).
Ia menjelaskan, pengecatan makam biasanya dilakukan oleh para keluarga sebelum perayaan Hari Raya Idul Fitri. Biasanya setelah mengecat rumah masing-masing, warga kemudian mengecat makam keluarga mereka.
"Pengecatan ini sebagai tanda jika keluarganya masih peduli dan menghormati leluhurnya atau orang tuanya yang meninggal," terangnya.
Baca juga: Makam Warna di Pasuruan Jadi Spot Foto Selfie Wisatawan Gunung Bromo
Oleh sebab itu, antara makam satu dengan makam lainnya warna cat tidak seragam. Terlihat warna berbeda antara satu makam dengan makam lainnya.
"Kelebihannya, warga di sini nyaman kalau berziarah. Jauh dari kesan angker. Warga di sini juga tidak suka ada pohon tinggi di komplek makam," ungkapnya.
Baca juga: Video: Keunikan Makam Berwarna di Pasuruan
Berjalannya waktu, Pemerintahan Desa Ngadirejo, merespon kebiasaan masyarakat itu. Dengan dana seadanya yang berasal dari iuran dan kas desa, pengecatan dan pembersihan rumput makam tersebut dilakukan kolektif.
"Sudah 3 tahun ini, kita berembuk melakukan pengecatan bersama-sama. Tapi, ya ada juga dari pihak keluarga pemilik makam yang menambah warna cat di makam.keluraganya agar semakin tampak bagus dan terawat," terang dia.