jatimnow.com - Pedagang Pasar Tunjungan menuntut Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk melakukan revitalisasi total terhadap keberadaan pasar legendaris itu.
"Kami menuntut, bukan hanya dirawat, tapi di revitalisasi total. Direhab total. Karena itu tertuang dalam kesepakatan. Itu janji yuridis. Nah itu yang kami tagih terus sampai sekarang ini," tegas Wakil Ketua Perkumpulan Pedagang Pasar Tunjungan (P3T) Bidang Advokasi dan Humas, Jalil Hakim kepada jatimnow.com, Sabtu (16/1/2021).
Baca juga: Pedagang Pasar Tunjungan Keberatan Langkah Ombudsman Jatim
Baca juga: Pasar yang Terlupakan di Balik Gemerlap Jalan Tunjungan Surabaya
Menurutnya, kondisi Pasar Tunjungan saat ini mengenaskan. Selain mangkrak dan tidak terawat, juga bisa dikatakan tinggal menunggu ambruknya saja.
"Pasar Tunjungan mangkrak ya karena tidak ada yang merawat. Yang berkewajiban merawat ya badan usaha milik daerah (BUMD), PD Pasar Surya. Faktanya selama ini tidak pernah dirawat," ungkapnya.
Kondisi Pasar Tunjungan saat ini sangatlah mengenaskan. Bangunannya rapuh, atap jebol, tidak terawat, kumuh. Bahkan sampai dibuat sarang tikus hingga dihuni sejumlah orang yang tidak mempunyai rumah.
"Tapi PD Pasar Surya memberikan skema jangka pendek, jangka panjang. Nah skema jangka pendeknya itu, pedagang menolak karena kan tambal sulam, hanya ngecat-ngecat, hanya bikinkan musala sama toilet, dan penataan parkir," ujar dia.
Menurut Jalil, problem utama bukan itu, tapi atap yang bocor.
"Kenapa nggak itu dulu yang dibetulkan. Kalau cat ya monggo cat. Tapi yang utama, yang bocor itu yang seharusnya diperbaiki dulu. Alasannya biayanya terlalu besar. Kalau soal biaya kan bukan urusan kami. Itu bagaimana kemampuan manajemen PD Pasar Surya mencari solusi pembiayaan," katanya.
Soal lubang di lantai 3 yang dibuat pembuangan air dan berkumpul saat hujan turun kemudian dibuang ke bawah, pihaknya mengaku sudah mengkritik soal itu. Ia menyebut jika itu merupakan teknologi super aneh.
"Itu hanya mengakal-akali, yang menurut perkiraan mereka dengan cara seperti itu air tidak merembet ke lantai 2 maupun lantai 1. Tapi nyatanya volume air yang tumpah, dengan kemampuan pipa itu tidak sebanding," cetusnya.
"Jadi itu sangat-sangat tidak masuk akal dan tidak menyelesaikan persoalan. Apalagi bangunan seperti ini. Yang sangat mengenaskan. Kalau dibilang ya tinggal ambruknya ini," sambung Jalil.
Jalil mengatakan jika Pemkot Surabaya selalu melempar tanggungjawab itu ke PD Pasar Surya sedangkan mereka selalu beralasan tidak mempunyai anggaran.
"Seharusnya pemkot yang memiliki saham di PDPS, ya bantu dong PDPS-nya untuk mencarikan solusi pembiayaan. Salah satunya bisa menggunakan APBD. Dengan melalukan pertemuan dengan meminta persetujuan dewan dan pemkot," jelasnya.
Baca juga: Video: Pedagang Ingin Pasar Tunjungan Direvitalisasi
"Kalau mau biaya yang lebih besar, ada peraturan pemerintah yang memungkinkan mereka untuk mencari pihak ketiga, mencari dana hibah. Kalau manajemennya punya kemampuan menjerial, sumber dana itu bukan masalah," lanjut Jalil.
Namun, yang jadi masalah, kata Jalil, apakah ada niat PDPS maupun Pemkot untuk merevitalisasi Pasar Tunjungan ini. Karena sebenarnya sangat menguntungkan bagi PDPS kalau Pasar Tunjungan bagus.
"Dia justru mendapatkan penghasilan dari sini, subsidi ulang untuk membiayai pasar pasar lain. Tapi itu tidak dilakukan, selalu alasannya tidak punya duit, uang," tandasnya.
Soal restribusi, Jalil menyebut jika itu adalah hak dari PDPS terhadap pedagang. Sebenarnya bukan restribusi, namun iuran layanan pasar.
Seperti kebersihan, keamanan, fasilitas pendukung, toilet serta eskalator, namun semuanya tidak ada.
"Pernah kita paksa untuk rapat. Kemudian tiba-tiba diantar beberapa tong sampah, yang lain nggak ada. Dan hanya menata parkir, memberikan lahan kepada kami. Itu aja. Jadi artinya, ada nggak niat untuk memperbaiki," katanya.
"Kenapa juga Pemkot tidak melihat peluang ini sebagai pendapatan asli daerah. Seharusnya kan diperbaiki, dibangun, setidaknya lima lantai. Di tata standnya. Dijadikan pasar tematik misalnya. Saya yakin banyak orang yang akan sewa. Dan kami sendiri, P3T sudah merancang 9 lantai," jelasnya.
Jalil bercerita jika Pasar Tunjungan berdiri sejak lama. Yang dulunya diresmikan Wali Kota Surabaya, Hadi Wijaya pada tahun 1983, sebelum akhirnya mangkrak.
Baca juga: Pedagang Pasar Tunjungan Keberatan Langkah Ombudsman Jatim
"Dulu ini (Pasar Tunjungan) adalah ikon Surabaya selain Pasar Turi. Dan ini mangkrak sudah belasan tahun. Sangat disayangkan. Apalagi di pusat kota," ujarnya.
Jalil pun berharap Pasar Tunjungan segera di revitalisasi. Apabila tidak, akan terus ditagih. Kecuali tidak pernah dibuat hitam di atas putih, pihaknya tidak berhak menagih.
"Kami sudah seringkali kirim surat ke Pemkot, tapi juga tidak pernah digubris. Buat apa bangun taman bagus-bagus. Ini di pusat kota yang kondisinya mengenaskan tapi tidak pernah diperhatikan," paparnya.
"Kami Perkumpulan Pedagang Pasar Tunjungan (P3T) juga mengirimkan surat keberatan atas keputusan Ombudsman Jawa Timur kepada Inspektorat Ombudsman RI di Jakarta, yang menutup laporan dalam surat yang bertanggal 8 Januari 2021 itu," tambahnya.
Menurutnya, Pemkot dan PDPS punya kewajiban, kalau Pasar Tunjungan ini tetap dijadikan pasar. Kecuali pemkot punya rencana.
"Tapi kami tidak menuduh ya, pemkot barangkali sudah punya deal sama investor. Kalau benar, bicaralah dengan kami. Carikan tempat pengganti untuk kami. Keterbukaan, transparansi, selain mengatakan tidak punya uang, harus saling ada keterbukaan," pungkas Jalil.