jatimnow.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo mencatat jumlah bencana alam tahun 2020 di Bumi Reog mengalami penurunan dibandingkan 2019.
"Tahun 2019, jumlah bencana alam di Ponorogo ada 194 kali. Sedangkan di tahun 2020, terjadi 170 kali bencana alam. Ada penurunan," ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo, Setyo Budiono, Sabtu (16/1/2021).
Ia menjelaskan, menurunnya jumlah bencana alam di Ponorogo karena siklus musim yang tidak sama antara tahun 2019 dan 2020.
Baca juga: Sumur Air Bercampur Gas Muncul di Sampang, Polisi Beri Warning
Menurutnya, tahun 2019 musim kering relatif lebih panjang dibandingkan dengan 2020. Sebaliknya pada tahun 2020 musim hujannya lebih panjang.
"Karena itu bisa menjadi faktor penurunan bencana," ujar dia.
Baca juga: 10 Kecamatan di Banyuwangi Berpotensi Kekeringan, BPBD Lakukan Langkah Ini
Ia memaparkan, tahun 2019 terjadi 26 kali longsor, banjir 34 kali, kekeringan terjadi di 10 titik, kebakaran 39 kali, angin besar 79 kali, dan tanah retak 6 titik.
Sedangkan di tahun 2020 tercatat ada 52 kali tanah longsor, banjir di 53 titik dan kekeringan di 1 titik. Sedangkan kebakaran ada 18 kali, angin besar 43 titik, dan tanah retak di 3 titik.
"Pada tahun 2020, mayoritas bencana yang terjadi adalah bencana hidrometeorologi, yaitu banjir dan tanah longsor," lanjut dia.
Baca juga: Gotong Royong Pulihkan Dampak Amukan Mitos Naga Gaib Semeru
Budi menyebutkan daerah yang paling sering mengalami tanah longsor adalah Kecamatan Ngrayun karena letak geografinya. Saat ini, ia mengaku yang menjadi fokus pengawasan BPBD adalah potensi tanah gerak dan tanah longsor di empat titik.
"Yang pertama di Desa Talun, Kecamatan Ngebel lalu Desa Banaran, Kecamatan Pulung, dan Desa Tugurejo serta Desa Tugunongko di Kecamatan Slahung," tandasnya sambil menyebut untuk banjir, yang menjadi langganan adalah Kecamatan Siman, Kecamatan Kauman, dan Kecamatan Ponorogo.