jatimnow.com - Pengadilan Negeri (PN) Surabaya menjatuhkan vonis 5 tahun 6 bulan penjara kepada terdakwa Gilang Aprilian Nugraha Pratama dalam kasus pelecehan seksual 'pocong' bermodus riset.
Vonis terhadap mantan mahasiswa Unair itu dibacakan oleh Ketua Majelis Hakim Khusaini dalam sidang yang digelar tertutup di ruang Tirta I.
Baca juga:
Baca juga: Video: Sidang Vonis Pembunuhan Pasutri di Tulungagung Ditunda Hakim
- Heboh Dugaan Pelecehan Seksual 'Pocong' Bermodus Riset di Surabaya
- Unair Beri Sanksi DO untuk Mahasiswa Terduga Pelaku Pelecehan 'Pocong'
- Pelaku Pelecehan 'Pocong' Ditangkap di Kapuas!
- Rangsangan Seksual dan Kepuasan Picu Gilang Minta Korban Jadi 'Pocong'
- Korban Pelecehan 'Pocong' 25 Orang, Ini Jeratan Pasal untuk Gilang
- Dua Saksi Kuatkan Dakwaan untuk Gilang, Terdakwa Pelecehan 'Pocong'
"Terdakwa divonis 5 tahun 6 bulan penjara dan denda Rp 50 juta," kata Hakim Khusaini dalam pembacaan amar putusan.
Gilang didakwa melanggar tiga pasal yaitu Pasal 45 ayat (4) jo. Pasal 27 ayat (4) UU No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Pasal 82 ayat (1) Jo Pasal 76E UU No.17 tahun 2016 Jo UU No.35 tahun 2014 Jo UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan Pasal 289 KUHP.
"Apabila denda tidak dibayar, terdakwa akan dipidana tambahan kurungan 3 bulan," ujar dia.
Baca juga: Hakim Vonis Bebas Kakek Suyatno Terdakwa Pencuri Ayam Bu Kades di Bojonegoro
Putusan hakim ini lebih rendah dari tuntutan jaksa penuntut umum dari Kejari Tanjung Perak yang menuntut terdakwa dengan 8 tahun penjara.
Dalam sidang putusan ini, Gilang mengikuti secara teleconference karena masih ditahan di Polrestabes Surabaya. Terdakwa diwakili oleh pengacaranya, Bambang Soegiarto.
Pengacara dan jaksa hingga sidang ditutup mengaku masih pikir-pikir apakah mengajukan banding atau tidak.
Baca juga: Kemenkumham Jatim Salurkan Rp6,4 Miliar untuk Bantuan Hukum Gratis Selama 2023
"Kami pikir-pikir selama sepekan, agar kami bisa menentukan langkah hukum selanjutnya," kata pengacara dan jaksa hampir bersamaan.
Sebelumnya, dari hasil pemeriksaan pemuda asal Kalimantan Tengah itu telah melakukan perbuatan pelecehan seksual 'pocong' berkedok riset sejak Tahun 2015. Hingga kini korbannya mencapai 25 orang.