Surabaya - Puluhan penghuni Aparteman Puncak CBD Jalan Keramat I, Jajar Tunggal, Wiyung, Surabaya menggeruduk Kantor Badan Pengelola Lingkungan (BPL) di kawasan apartemen tersebut, Rabu (9/2/2022) sore.
Mereka memprotes dan menolak keras serta keberatan atas kenaikan iuran pengelolaan lingkungan (IPL), yang tanpa ada kejelasan dari pihak pengelola.
"Kita keberatan tentunya, karena bahkan sekarang kondisinya saat ini disegel. Dan itu sepihak. Padahal untuk listrik dan air kita bayar. Kita tidak hanya membayar IPL-nya saja," ungkap Handoyo, perwakilan penghuni apartemen tersebut kepada wartawan.
Baca juga: Persik Kediri Laporkan Wasit Gedion ke PT Liga Indonesia Baru
"Sebenarnya kita ini artinya tidak membayar begitu saja, tapi hanya menunda pembayaran, sampai kita bertemu dengan pihak pengembang atau yang bisa mengambil keputusan," tambahnya.
Menurut Handoyo, sebelum penghuni protes, pihak polsek maupun kecamatan dan pengembang sudah berencana melakukan mediasi, tapi tidak ada ujungnya.
"Pak camat bilang kalau butuh waktu tiga hari untuk mediasi. Apabila sampai Senin tidak terjadi mediasi, Pak camat akan melakukan surat panggilan. Dan kenyataannya, omongan pak camat dan bu kapolsek dilanggar sama pengembang," jelas dia.
Handoyo menyebut, untuk yang disegel adalah air dan listrik. Dan itu dilakukan hari ini. Sementara alasan penundaan pembayaran IPL itu, sebenarnya tujuannya untuk pembentukan Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun (P3SRS).
Baca juga: Warga Tulungagung Wadul ke DPRD Buntut Rusaknya Jalan Akibat Aktivitas Tambang
"Kita sebelumnya juga bersurat kepada pengembang tiga kali, minta disosialisasi dan difasilitasi P3SRS. Itu di akhir Desember dan awal Januari, tapi sampai sekarang tidak ada tanggapan," papar dia.
"Nah, ini tiba-tiba IPL dinaikan tanpa kejelasan dan musyarawah. Dan fasilitas-fasilitas tidak ada. Seperti fitnes, pasar modern dan kids corner itu tidak ada," sambung Handoyo.
Dia membeberkan, aparteman tersebut dihuni sekitar 600 orang. Total unit 1700 pintu. Dan untuk listrik serta air yang dimatikan hari ini sekitar 80 unit.
"Harapan kami itu ingin mediasi, musyawarah sama pengembang dan pengelola. Duduk bersama ngomong bersama. Dan meminta listrik dan air dinyalakan hari ini, karena kita bayar. Itu saja," tegas Handoyo.
Baca juga: Warga Perak Surabaya Tuntut Penghapusan Pungutan HPL
Aksi protes ini sempat diwarnai saling dorong antara penghuni aparteman dengan sejumlah petugas keamanan Kantor BPL.
Saat para penghuni masuk ke dalam kantor BPL, pihak pengembang maupun pengelola tidak berada di tempat. Di kantor itu, terlihat hanya ada sejumlah pegawai.