Jombang - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, kembali melakukan ekskavasi lanjutan di situs Pandegong. Ekskavasi tahap II ini, dimulai pada tanggal 16 hingga 26 Maret nanti.
Para arkeolog ini ingin mengupas 30 persen bangunan situs Pandegong, yang terletak di Dusun Kwasen, Desa Menganto, Kecamatan Mojowarno, Jombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui denah candi secara utuh atau 100 persen.
Pasalnya, para arkeolog telah mengupas 70 persen bangunan candi di situs tersebut, pada ekskavasi sebelumnya yang dilakukan pada tanggal 12 hingga 21 November 2021.
Baca juga: Perbaikan Gapura Makam Sunan Giri Hampir Rampung
Ketua tim ekskavasi situs Pandegong, Vidi Susanto mengatakan target ekskavasi kali ini, tim peneliti ingin menampakkan bagian bangunan situs secara utuh.
"Kita mengejar untuk menampakkan sisi timur dan sisi selatan dari situs pandegong," kata Vidi pada sejumlah jurnalis di lokasi ekskavasi, Rabu (16/3/2022).
Selain itu, ia mengatakan jika para peneliti juga ingin mengetahui kondisi bagian tengah situs, setelah dilakukan penggalian oleh masyarakat setempat pada tahun 2017 lalu.
"Sambil melihat gejala apa yang tejadi ketika pada tahun 2017 dulu, pada bagian tengah, atau biasa yang disebut sumuran itu pernah digali oleh masyarakat, rencananya kita juga mau membuka itu," paparnya.
Vidi menjelaskan, pada umumnya sumuran itu berukuran 1 meter persegi lebih. Dan fungsinya untuk menaruh benda pemujaan.
"Sumuran ini umumnya tertutup, dan di atasnya ada benda pemujaannya, seperti yoni. Nah ini ada indikasi yoni yang terpindahkan itu berasal dari sini," paparnya.
Ia menyebut di dalam sumuran ada benda yang berkekuatan magis. Yang fungsinya sebagai roh sebuah candi.
Baca juga: BPCB Jatim Temukan Arca saat Survei Objek Bangunan Candi di Trenggalek
"Di dalam sumuran itu umumnya ada pripih, dan pripih ini yang menghidupkan candinya, jadi candinya ada kekuatan magis yang berhubungan dengan kedewaan," ucapnya.
Saat ditanya apakah peneliti sudah menemukan pripih dalam sumuran candi tersebut. Vidi mengaku pihaknya masih belum bisa memastikan hal itu.
"Belum ya kita belum berani menyimpulkan ada pripihnya atau tidak, tapi biasanya dalam sumuran itu ada pripihnya, berdasarkan literasi yang kita gunakan, dan berdasarkan pada temuan sebelumnya," tegasnya.
Disinggung kondisi struktur sumuran ini masih dalam kondisi utuh atau sudah berubah, Vidi menyebut, pada tahun 2017 yang lalu, masyarakat setempat pernah melakukan penggalian .
"Karena penasaran masyarakat pernah melakukan penggalian, dan jika dilihat pada dinding sumuran bagian utara memang kondisinya sudah rusak," ucapnya.
Baca juga: Objek Bangunan Candi di Trenggalek Diperkirakan Berasal dari Era Mataram Kuno
Ditanya dalam bentuk apakah pripih tersebut, Vidi menjelaskan bentuk pripih itu beragam, sesuai dengan tujuan utama pembuatan candi tersebut. "Yang kemarin di Demakan itu ada garpanah atau cermin, ada juga yang biji-bjian, tergantung kepentingan pembuatan candi ini," bebernya.
Ia menegaskan, target utama untuk ekskavasi ini untuk menampakkan bagian candi sisi selatan dan sisi timur. Sehingga tampak denah candi secara utuh.
"70 denahnya sudah terlihat pada tahun kemarin, dan untuk sissanya kita selesaikan pada tahun ini, yang 30 persen dan kendalanya ya pohon yang menutupi sisi timur dan selatan candi," jelasnya.
Sedangkan untuk ketinggian bangunan candi, Vidi mengaku bangunan ini diperkirakan mencapai 180 centimeter.
"Untuk hitungan kemarin yang sudah kita dapatkan dari setiap sudut, barat daya ke barat laut, sekitar 80 centimeter. Lalu kemudian ujung barat yang kita duga sebagai trap tangga sampai masuk ke struktur yang ada di timur laut itu sekitar 10,80 centimeter. Tinggi bangunan sekitar 180 centimeter,” tukasnya.