Gresik - Gerakan Seni Rupa Gresik (Gasrug) menggelar ngobrol bareng seniman di Senja Jingga Cafe, Jalan Awikoen Tirta (Kompleks Putri Cempo), Gresik. Ngobrol santai ini mendatangkan penulis buku damar kurung dari masa ke masa Ika Ismurdiyahwati dan Pegiat Sejarah dan Kebudayaan Kris Adji AW.
Dalam diskusi, Ika Ismurdiyahwati dengan luas dan lengkap menjelakskan perjalanan maestro Masmundari. Pihaknya mengajak untuk terus melakukan aktivitas seni rupa gambar bercerita khas damar kurung Gresik, sebagai pengingat karya fenomenal.
Dosen Universitas PGRI Adi Buana Surabaya (Unipa) Surabaya itu mengatakan, buku yang ditulis hasil dari penelitian sejak 2002 saat Masmundari masih hidup. Masmundari dikenal sangat otentik dengan karyanya. Bahkan di usianya yang sudah 96 tahun pun ingatannya masih bagus.
Baca juga: Teater Api Indonesia Raih Anugerah Sabda Budaya 2024, Kurator: Inspiratif!
“Hingga menghasilkan karya lampion damar kurung. Dari perbandingan lampion di daerah hanya di Gresik yang punya ciri khas seni dan budaya,” ucapnya, Minggu (29/5/2022) petang.
Dijelaskan, ada dua versi lampion Islam. Pertama lewat Persia, lalu Mongol, Jepang sampai ke Jatim Gresik. Versi kedua dari Mesir ke Madagaskar terus masuk ke Aceh. Namun tidak ada budaya gambar. Hanya lampion saja.
Baca juga: Novel Tak Kenal Maka Taaruf Bakal Diangkat ke Layar Lebar, Ini Kata Penulisnya
“Damar kurung Gresik tidak sekadar gambar. Tapi kerangka berpikir yang sudah berjalan dari zaman primordial semasa hidup Masmundari. Ada banyak cerita sakral yang dibawa Masmundari lewat karya damar kurung,” jelasnya.
Ke depan pihaknya mengajak para seniman seni rupa untuk menghargai para seni pendahulu. Dengan menggali ciri khas budaya dari karya seni rupa yang baru untuk kompetisi Internasional.
“Mempelajari masa lalu untuk masa depan. Ajarilah anak muda untuk menghargai karya seni. Gambarlah motif gambar bercerita. Mengelilingi lampion itu bercerita. Itulah damar kurung Gresik,” papar alumni ITB itu.
Baca juga: Mengenal Siswoyo, Keturunan Kedelapan Pelestari Reyog Kendang Khas Tulungagung
Pegiat Sejarah dan Kebudayaan Kris Adji AW menjelaskan, satu-satunya di dunia lampion bergambar ada di Gresik. Itulah Damar Kurung, yang memiliki pengaruh besarnya dari wayang beber era Sunan Prapen.
“Tradisi wayang mempengaruhi Mbah Masmundari. Ke depan tidak hanya style yang dibawa Masmundari. Kalau mundur pakem wayang beber, maju bebas mau seperti apa damar kurung,” paparnya.