jatimnow.com- Peristiwa berulang pelecehan yang terekam di transportasi umum selama ini, seperti di kereta api, angkutan kota, dan bus, menyebabkan Menteri Perhubungan mengkampanyekan gerakan anti-kekerasan seksual.
Berbagai alat transportasi umum, menjadi tontonan kita, dalam mengangkut generasi masa depan untuk menjadi orang terdidik, baik di kereta, angkutan kota (angkot), angkutan umum, bus, perahu, motor, taksi, bajaj, delman, mobil angkutan barang.
Kita juga menyaksikan anak sekolah atau anak kuliah yang menggunakan jembatan penyeberangan, yang seringkali menjadi tontonan kekhawatiran akan keselamatan menuju tempat pendidikan.
Baca juga: KPAI di Lamongan Desak Pemenuhan Rehabilitas Psikologis Korban Kekerasan Seksual
Tentu menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan anak sekolah dan anak kuliah, baik yang diakses dalam jaringan atau aplikasi online dalam jaringan maupun secara langsung di luar jaringan. Apalagi mereka yang tinggal di letak geografis yang jauh dari akses pendidikan yang layak, seperti anak anak yang tinggal di daerah pengunungan, pinggiran, perkebunan, slum area, kawasan industri, kawasan padat, ataupun wilayah 3T.
Kebutuhan transportasi yang mendukung generasi masa depan membutuhkan keramahan, karena kondisi anak anak yang mau tidak mau penuh ancaman sekitarnya saat berada di transportasi publik. Maklum saja anak-anak mudah dikuasai karena soal kondisi fisik, pemahaman dan psikologis yang masih sangat butuh bimbingan. Namun sangat rentan direbut oknum tidak bertanggung jawab di jalanan.
Salah satu upaya pemerintah dalam menghadirkan transportasi ramah untuk generasi masa depan adalah dengan menghadirkan bus sekolah, setelah sekian lama peristiwa pelecehan seksual terjadi di angkutan umum atau bus umum. Dengan anak-anak dibawa supir, di bawah penguasaan supir baik di bus ataupun angkot, lalu terjadi pemerkosaan atau penculikan atau eksploitasi.
Begitupun di kereta, untuk mengurangi pelecehan seksual dengan kampanye transportasi ramah perempuan dengan menyediakan gerbong perempuan. Namun ternyata itu belum cukup untuk mengurangi pelecehan seksual di transportasi kita.
Lalu inovasi apa yang bisa ditawarkan BUMN dan swasta dalam menjawab kebutuhan transportasi ramah anak di kereta misalnya, yang sedang ramai menjadi sorotan karena peristiwa yang berulang.
Baca juga: Kasus Campak Kian Merebak, Orang Tua Wajib Waspada
Apakah anak-anak sekolah akan disatukan dalam gerbong perempuan, atau membuat jam tertentu menjadi gerbong anak sekolah dan anak kuliah, atau model bus trans yang setiap bus ada petugas yang mengatur penumpang, atau mengurangi kepadatan agar mudah kita saling mengawasi bersama penjaga kereta misalnya.
KPAI sebelumnya juga mendapati generasi masa depan kita yang di luar jam pendidikan mengakses transportasi online baik mobil atau motor untuk menuju tempat hiburan malam yang terbukti menyediakan prostitusi dan narkoba.
Untuk itulah KPAI menandatangani kesepakatan kerja sama dengan penyedia jasa online transportasi, agar perhatian terhadap kondisi anak anak, yang dilaporkan orang tuanya ke pengaduan KPAI.
KPAI juga sudah mengumumkan hasil survei layanan transportasi umum yang digunakan anak sekolah dalam jelang Juli PTM 100 persen. Yang masih perlu di awasi dan diingatkan soal protokol kesehatan, terutama kepadatan jam jam tertentu, seperti saat keberangkatan dan kepulangan anak sekolah.
Baca juga: KPAI Sebut Ciki Ngebul Berbahaya, Ini Efeknya Setelah Mengkonsumsi
Tentu saja upaya Menteri Perhubungan dalam menjawab semua kebutuhan ini, harus didukung semua pihak, bahwa ada gerakan bersama mencegah pelecehan seksual di transportasi umum, menciptakan transportasi yang ramah buat generasi pembelajar kita.
Lebih jauh lagi, sebenarnya harus ada gerakan bersama, karena dengan perkembangan dunia transportasi online, kemudahan menggunakan transportasi online, para orang tua bisa diajak ikut mengawasi pergerakan anak-anak mereka, dalam rangka memberi jalan masa depan yang lebih baik serta mengurangi ancaman di sekitar mereka.
Mari dukung transportasi umum yang lebih ramah untuk generasi masa depan kita, baik anak sekolah maupun anak kuliah.
Penulis: Jasra Putra (Kadivwasmonev KPAI)