Surabaya - Bulan Suro dianggap sebagai bulan keramat oleh masyarakat suku Jawa. Tahun ini, malam 1 Suro disebut dimulai 29 Juli atau Jumat legi mulai ashar sekira pukul 15.00 WIB. Sementara tahun baru Islam atau 1 Muharram 1444 hijriah jatuh pada 30 Juli 2022 dalam penanggalan masehi atau Sabtu pahing.
Bulan Suro dimaknai sebagai bulan pertama di kalender Jawa, sama halnya dengan bulan Muharram di bulan hijriah. Peringatannya oleh masyarakat suku Jawa dilangsungkan dengan berbagai tradisi daerah.
Salah satu penganut ilmu supranatural, Bintang Timur Diponegoro mengungkapkan, alasan suku Jawa menggelar ritual atau tradisi tertentu, karena bentuk kepercayaannya terhadap leluhur. Di mana, di bulan Suro kegiatan tirakatan atau doa lebih mudah sampai kepada Tuhan.
"Sebenarnya makna bulan Suro adalah itu bulan tirakat untuk memperkuat batin antara kita dengan Tuhan, jadi untuk memperkuat ikatan batin antara kita dengan Tuhan," ujar Bintang, kepada jatimnow.com, Selasa (26/7/2022).
Keturunan ke-6 Pangeran Diponegoro itu menjelaskan, secara kasat mata bulan Suro merupakan momen di mana seluruh gerbang ghaib terbuka.
Sehingga banyak masyarakat melakukan interaksi khusus dengan makhluk ghaib sesuai kepercayaan mereka, sehingga dijuluki sebagai bulan keramat.
"Jadi lebih mudah tercapai, hajatnya dan lain-lain," jelas Bintang.
Baca juga: Wakil Bupati Trenggalek Hadiri Upacara Ngetung Batih di Tanggal 1 Suro
Ditambahkan Bintang, bagi penganut supranatural, tempat-tempat keramat seperti pesarehan (makam) sering kali dibanjiri oleh warga saat malam 1 Suro.
Namun kepercayaan tersebut bukan berarti mendekatkan diri dengan Tuhan hanya bisa dilakukan pada Bulan Suro saja. Karena, dalam Islam pendekatan terhadap Tuhan wajib dilakukan setiap saat.
"Cuman adat dan istiadat dari kakek, buyut, leluhur kita memang harus dilakukan pada 1 Suro," bebernya.
Menurutnya, Jawa Timur merupakan salah satu titik rujukan untuk bertapa hingga menyatu dengan alam. Salah satunya adalah Alas (hutan) Purwo yang lokasinya berada di Banyuwangi.
"Kalau saya setiap bulan Suro, saya masuk Alas Purwo, nyepi di sana, bertapa, menyatu dengan alam, dan menguatkan batin antara manusia dan Tuhan," katanya.
Saat Suro tiba, Alas Purwo akan dipenuhi dengan warga yang ingin menjalankam ritual kepercayaannya. Kawasan ini menjadi lokasi ritual karena dipercayai sebagai hutan yang kental dengan gerbang-gerbang magisnya.
"Itu rame sekali Alas Purwo kalau momen Suro, kayak pasar sudah, dari berbagai daerah," tandasnya.