Pantang Lupakan Sejarah! Para Kader PDIP Surabaya Peringati Tragedi Kudatuli

Rabu, 27 Jul 2022 15:13 WIB
Reporter :
Ni'am Kurniawan
Para kader PDIP Surabaya ziarah ke makam pejuang-pejuang PDIP di TPU Keputih (Foto-foto: PDIP Surabaya)

Surabaya - Kader-kader PDI Perjuangan (PDIP) Kota Surabaya mengenang 26 tahun tragedi kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli).

Digelar refleksi, doa bersama dan ziarah ke makam pejuang-pejuang PDI Perjuangan di TPU Keputih.

Peringatan berlangsung dua hari. Pertama, Selasa 26 Juli 2022, para kader banteng menggelar refleksi dan doa bersama di kantor DPC PDIP Kota Surabaya.

Baca juga: Eri-Armuji Bakal Duet Lagi di Pilwali Surabaya 2024, Wis Yakin?

Agenda berlanjut pada Rabu, 27 Juli 2022 pagi. Mereka berziarah ke makam Sekjen DPP PDI Perjuangan 2005-2010, Ir. Sutjipto. Kemudian makam Ibu Sudjamik Sutjipto dan makam L. Soepomo di TPU Keputih.

Sejak 26 Juli sore kemarin, para dai, ustaz dan Kiai Bamusi (Baitul Muslimin Indonesia) yang merupakan organisasi di bawah PDIP menggelar khotmil Quran di kantor DPC PDIP Kota Surabaya.

"Sudah 26 tahun berlalu, tragedi kerusuhan 27 Juli 1996. Banyak pelajaran yang berharga, terutama tekad bulat untuk menegakkan kedaulatan partai dari intervensi luar. Dan, kesetiaan total massa kepada kepemimpinan Ibu Megawati Soekarnoputri," ujar Ketua DPC PDIP Surabaya, Adi Sutarwijono tertulis, Rabu (27/7/2022).

Hadir dalam acara itu Wakil Walikota Armuji, Wakil Ketua DPD PDIP Jatim Whisnu Sakti Buana, Sekretaris DPC Kota Surabaya Baktiono beserta jajaran pengurus.

Juga pimpinan dan anggota Fraksi Perjuangan DPRD Kota Surabaya dan DPRD Jawa Timur, para aktivis PDI Promeg yang menjadi korban kekerasan 1996.

Hadir pula PAC, ranting, anak-ranting, kader, anggota dan simpatisan PDIP. Demikian pula organ-organ sayap seperti Taruna Merah Putih, BKN dan Repdem.

PDIP Surabaya menggelar refleksi peringatan tragedi Kudatuli

"Peristiwa Kudatuli sekaligus membuktikan, bahwa PDI Perjuangan lahir dan dibesarkan dari pengorbanan berbagai pihak: keringat, darah dan air mata, bahkan harta benda dan nyawa. Bukan sekadar partai politik yang didirikan dengan akte notaris," sambug Ketua DPRD Kota Surabaya itu.

"Sehingga penting kiranya bagi para pelaku sejarah di masa lalu dan senior partai melakukan pewarisan sejarah terhadap generasi muda, kaum milenial, yang bergabung dengan PDI Perjuangan," jelas Adi.

Doa bersama dipimpin tokoh-tokoh lintas agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Surabaya, yang diketuai KH Mohammad Yasid. Setelah itu dilakukan pemotongan 26 tumpeng, yang diantaranya diberikan kepada loyalis PDI Pro Megawati yang saat itu menjadi korban kekerasan aparat keamanan.

Baca juga: Sosok Whisnu Sakti Buana Dimata Eri Cahyadi Walikota Surabaya

Tragedi kelam 27 Juli 1996, atau biasa disebut Kudatuli (kerusuhan 27 Juli) merupakan penyerbuan dan pengambilalihan secara paksa kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro 58, Menteng Jakarta Pusat. Kantor semula dikuasai Ketua Umum DPP PDI Megawati Soekarnoputri dan barisan pendukung setia yang waktu itu disebut PDI Promeg (Pro Megawati).

\

Penyerbuan dilakukan barisan Soerjadi-Buttu Hutapea, yang menyebabkan korban meninggal dunia dan luka-luka. Diyakini luas, penyerbuan itu juga mendapat back up dari pemerintah dan aparat keamanan.

Penyerbuan itu mendapat reaksi keras dari berbagai daerah, termasuk Surabaya. Pada 28 Juli 1996, di Kota Pahlawan ini, RW terjadi unjuk rasa besar dari area kebun binatang terus berlanjut ke Jalan Diponegoro. Di tengah jalan, aparat militer menyapu bersih membuat massa kocar-kacir, puluhan orang luka-luka dan ditangkap.

Salah satu rangkaian peringatan tragedi Kudatuli yang digelar PDIP Surabaya

Tragedi 27 Juli 1996 adalah puncak tragedi dan perlawanan PDI Pro-Megawati terhadap rezim Orde Baru. Bermula dari Kongres Luar Biasa PDI 1993 di Asrama Haji Sukolilo Surabaya.

Pada 22 Juni 1996, kepemimpinan Megawati yang sudah sah, dilengserkan melalui Kongres PDI di Medan yang dinilai ilegal. Satu bulan sebelum peristiwa 27 Juli. Kongres di Medan yang disponsori rezim Orde Baru menaikkan Soerjadi-Hutapea.

Baca juga: Penyebab Mantan Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana Tutup Usia

Wakil Ketua DPD PDIP Jatim, Whisnu Sakti Buana, berpesan agar peringatan peristiwa Kudatuli membuat kader-kader banteng selalu ingat sejarah.

"Jangan sekali-kali melupakan sejarah! Kata Bung Karno, Jasmerah. Kita ingat terus pengorbanan dan perjuangan para pejuang partai," ungkap Whisnu.

Pada 1996, perlawan PDI Pro Megawati (Promeg) di Jawa Timur dipusatkan di Posko Pandegiling Kota Surabaya. Dipimpin Ir Sutjipto, Ketua DPD PDI Jawa Timur. Pergerakan itu di antaranya melahirkan tokoh-tokoh L. Soepomo dan Bambang DH.

Peringatan berlanjut pada Rabu 27 Juli 2022. Hari ini, dilakukan ziarah ke makam Ir. Sutjipto, Ibu Sudjamik Sutjipto dan L. Soepomo di TPU Keputih.

Dihadiri Adi Sutarwijono, Baktiono, Armuji, Whisnu Sakti Buana dan ratusan kader dan pengurus PDIP Kota Surabaya.

"Peringatan Kudatuli memberi hikmah, pentingnya memiliki kesabaran revolusioner, sebagaimana yang diajarkan Ibu Megawati Soekarnoputri dan dimiliki pemimpin PDI Perjuangan di masa lalu," tandas Whisnu.

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!
Berita Surabaya

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler