Surabaya - Pameran bertema "Medang: Sejarah dan Budaya Mataram Kuno" menuai antusiasme masyarakat. Tak hanya Surabaya, tapi banyak wisatawan asing yang tertarik untuk mengenal sejarah Nusantara.
Pameran ini digelar Dinas kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), bekerja sama dengan Pemkot Surabaya dalam rangka Cross Musea Klasik Nusantara 2022 di Museum 10 November Tugu Pahlawan, Surabaya, Rabu (27/7/2022).
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi UPTD Pengelolaan Museum dan Gedung Seni Budaya Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, yang bekerja sama dengan Museum Pleret yang dikelola oleh Kundha Kabudayan DIY.
Baca juga: Siswa SMK di Bangkalan Ciptakan Alat Pendeteksi Bencana
Kepala Seksi Permuseuman Bidang Pemiliharan dan Pengembangan Sejarah Bahasa, Sastra, Permuseuman DIY, Wismarini mengakui banyak wisatawan asing yang tertarik untuk mengulik soal candi. Hingga menjawab penasaran terkait mitos candi yang hanya dibangun dengan putih telur ayam.
"Wisatawan asing tertarik dengan candi. Itu kan ada part yang mengatakan apakah benar mitos candi dibangun dengan putihan telur ayam? Dan itu ternyata hanya mitos. Terlihat bahwa zaman dulu candi ditata dengan cara kuncian batu," ungkap Rini.
Sejumlah koleksi Museum Pleret memang dibawa ke pameran ini. Dan pameran ini menampilkan sejarah peradaban dan hasil budaya Kerajaan Medang.
Misalnya menampilkan foto prasasti canggal. Tak hanya itu, sejarah Kerajaan Medang juga dikupas tuntas di sini. Salah satunya soal para penguasa kerajaan itu, hingga terjadinya perpindahan ibu kota Kerajaan Medang yang sempat berada di wilayah Jawa Timur.
Tak kalah menarik, objek yang dipamerkan adalah benda-benda logam temuan yang diduga berasal dari Mataram Kuno. Ada pula benda-benda perunggu koleksi Museum Pleret.
Ada pula foto temuan wadah emas dengan relief cerita atau mangkuk Ramayana yang juga dipamerkan di sini. Wadah ini menjadi salah satu karya utama (masterpiece temuan Wonoboyo) dari temuan arkeologis Mataram Kuno.
Pameran ini juga memamerkan arca yang cukup populer di masa Mataram Kuno, yaitu Arca Jambala. Arca buddhis ini merupakan simbol kemakmuran. Yang lebih spesial, arca ini didatangkan langsung dari Museum Pleret.
Baca juga: Cara Industri Kosmetik di Indonesia Naik Kelas
Arca Jambala merupakan temuan di wilayah Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Agar pameran lebih menarik perhatian pengunjung, beberapa tinggalan arkeologi yang dipamerkan ini ditampilkan dalam bentuk interaktif agar pengunjung tidak sekedar melihat-lihat dalam pameran ini.
Rini menyebut, pihaknya juga mendekatkan teknologi seperti hologram, hingga VR Box dalam pameran ini. Teknologi ini bisa mengajak pengunjung pameran secara virtual seolah-olah berada di Museum Pleret.
"Kita kan sasarannya anak muda. Anak muda itu kalau nggak pakai teknologi, sekarang itu kan kurang berminat ya. Betul ada hologram, biar mereka tertarik. Kita juga siapkan VR Box, jadi untuk virtual seolah-olah mereka nanti sedang berada di Museum Pleret," papar dia.
Rini menjelaskan, Museum Pleret merupakan museum yang sudah ada sejak 2004, tapi hanya untuk menyimpan benda-benda sejarah yang ditemukan. Kemudian, museum ini mulai dibuka untuk umum pada 2014 dan diresmikan pada 13 Desember 2015.
Baca juga: Mengintip Keseruan IMS Lighting Experience Days 2024 di Surabaya
"Ini juga agar warga Jawa Timur, atau pelajar yang sedang melakukan study tour bisa mampir ke Museum Pleret yang terletak di Bantul, DIY," tambahnya.
Rini berharap, kegiatan ini bisa memupuk rasa cinta dan peduli tanah air melalui koleksi-koleksi museum. Agar, generasi penerus bangsa mengetahui sejarah dan budaya bermacam-macam kerajaan di tanah air kala itu.
"Acara ini diharap mampu memperkenalkan museum kepada generasi muda. Karena Indonesia ini sangat kaya akan sejarah dan budaya," tandasnya.