jatimnow.com - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojokerto menggelar perayaan HUT PGRI dengan acara seminar dan gebyar seni anugerah.
Kegiatan dihadiri Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari (Ning Ita), Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Amin Wachid, Ketua PGRI Kota Mojokerto Mulib serta narasumber akademisi dan praktisi dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Suyatno.
Ning Ita mengajak seluruh guru untuk bersinergi dengan pemerintah dan stakeholder lainnya dalam menghadapi beragam persoalan kenakalan remaja yang semakin marak. Mengingat, masing-masing pihak memiliki peran dalam menekan angka kasus kenakalan remaja yang ada.
Baca juga: Pemkot Mojokerto Raih Penghargaan Peduli Ketahanan Pangan 2023, Ning Ita Beri Pesan Begini
"Ini menjadi tanggung jawab kita bersama. Kita, kulo dan panjenengan sedoyo (saya dan Anda semua). Tidak bisa pemerintah bergerak sendiri, tidak bisa kepolisian, BNN bergerak sendiri. Guru diberi tanggung jawab sendiri juga pasti tidak mampu. Peran keluarga yang begitu strategis juga tidak bisa diabaikan," jelas Ning Ita di MPP Gajahmada, Kamis (24/11/2022) malam.
Menurut Ning Ita, sejumlah persoalan kenakalan remaja yang menjadi perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto saat ini di antaranya peredaran narkoba, perilaku seks menyimpang dan prostitusi serta degradasi karakter dan moral remaja. Berbagai persoalan itu membutuhkan strategi pemecahan masalah yang berbeda.
Baca juga: Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari: Tidak Makan Beras Tetap Hidup
"Saya ingin di forum ini terjadi diskusi, dan hasilnya saya dapat rekomendasai yang bisa ditindaklanjuti. Lalu sesuai peran saya, kebijakan apa yang dibutuhkan untuk bisa mendukung skema solusi tersebut. Jadi ada sinergi dengan kita semuanya," terangnya.
Sementara akademisi dan praktisi dari Unesa, Suyatno menjelaskan sebab-musabab bagaimana seorang siswa dapat terjerumus dalam perilaku kenakalan remaja. Lelaki yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Gerakan Pramuka Indonesia ini menyebut jika ketiadaan rasa aman dan nyaman di sekolah menjadi salah satu sebabnya.
"Sekolah perlu menciptakan rasa aman dan nyaman bagi anak. Sehingga dia mencari di tempat lain. Karena anak merasa tidak diterima di sekolah, dia cari komunitas di luar, yang bisa jadi justru berpotensi menjerumuskan anak ke perilaku menyimpang," paparnya.
Baca juga: Nonton Wayang Kulit bersama Warga, Wali Kota Mojokerto: Bisa Meningkatkan Indeks Kebahagiaan
Dia menambahkan, eksistensi siswa harus di sekolah harus diakui dan tidak bisa dipungkiri, aspek tersebut hingga saat ini masih sering luput dari perhatian para pendidik. Seringkali hanya siswa kategori cemerlang yang dilibatkan dalam berbagai kegiatan di sekolah. Demikian pula pada aspek memberi penghargaan.
"Melalui forum sinergis tersebut, diharapkan nantinya dapat tercipta suatu kebijakan yang startegis, untuk mempersiapkan calon generasi bangsa, sehingga dapat terwujud Indonesia Generasi Emas 2045," pungkasnya. (ADV)