jatimnow.com - Kisah berdirinya Candi Sumur Gantung yang konon menjadi persembahan bukti cinta dari seorang pejabat kerajaan Majapahit kepada seorang putri kerajaan lain.
Situs yang terdiri dari tumpukan batu bata merah yang sudah berlumut seperti bukit itu berada di Desa Berat Wetan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto.
Misteri itu adanya candi itu karena sumur dibuat lebih tinggi dari sumber air. Separuh sisi depan memang sudah berantakan. Ada yang utuh namun lebih banyak yang patah.
Baca juga: Pembangunan Ponpes Al Amin Mojokerto, Pjs Bupati Beri Pesan Soal Ini
Bagian belakang candi seluas 17×14 meter dengan tinggi sekitar 3 meter masih terlihat struktur tatanan batu bata merah, pada tengahnya terlihat lubang. Sisi sebelah timur terdapat masjid sedangkan sebelah utara ada pohon bambu.
Juru Pelihara Candi Sumur Gantung, Sukanan mengatakan, sebelum BPCB datang, warga telah menamakan area tersebut sebagai Candi Sumur Gantung.
Menurutnya, cerita dari para sesepuh desa, dulu, area candi dipenuhi dengan pohon-pohon berukuran besar. Pohon itu berdiri di antara tatanan batu bata. Namun pohon-pohon itu terakhir berdiri tahun 1980 hingga 1990.
"Sebelum BPCB tahu (menemukan situs), pohon itu sudah dipotong oleh bapak saya,” kata Sukanan, Kamis (22/12/2022).
Pria 53 tahun itu bercerita, jika kisah yang berkembang di masyarakat, Candi Sumur Gantung merupakan candi persembahan. Konon, ratusan tahun silam, di kawasan yang di antaranya menjadi Desa Berat Wetan itu pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Bulu Ketigo.
Baca juga: Sederet Fakta Penemuan 5 Kerangka Manusia di Situs Kumitir Mojokerto
Sang putri kerajaan yang hendak dipersunting oleh pejabat dari kerajaan Majapahit memberi syarat. Yakni minta dibangunkan sebuah candi dengan sumur di bagian tengah.
"Dan paling penting permukaan air yang di dalam candi itu lebih tinggi dari sungai," tukas Sukanan.
Sukanan melanjutkan, kisah itu berkembang secara turun temurun kalangan masyarakat sepuh. Ia menjelaskan, dari kecerdikan pejabat Majapahit, candi itu kemudian dikelilingi dengan pohon-pohon besar supaya bisa menarik sumber air ke dalam candi.
Beberapa upaya pembuktian dan penalaran kisah tersebut pernah dilakukan. Misalnya pengungkapan fakta sisi utara candi yang dulu memanjang aliran sungai besar.
Baca juga: 39 KUBE di Mojokerto Terima Bantuan Modal Usaha, Pj Wali Kota Beri Pesan Ini
Jaraknya sekitar 50 centimeter dari candi. Bekas sungai itu pernah dibuktikan dengan penggalian tanah yang menghasilkan pasir dan sempat ditambang warga.
Selain itu, penalaran terhadap hubungan pohon dan sungai juga diinterpretasikan sebagai cara untuk menarik sumber air. Sumur terisi air dari resapan di akar-akar pohon.
”Itu kiasan bahasa yang saya kelola supaya bisa diterima kalangan pelajar," tutupnya.