jatimnow.com - Runtuhnya bangunan pada saat gempa terjadi, salah satu penyebabnya karena kekuatan konstruksi yang tidak bisa menahan beban saat terjadi guncangan.
Konstruksi sarang laba-laba ini berbentuk rib atau rusuk, setelah itu diisi menggunakan tanah dan dipadatkan. Setelah pemadatan, ditutup beton bertulang. Dimana bentuk pembesian pada pertemuan plat dan kolom, seperti sarang laba-laba.
Hal Agus B. Sutopo, Tim Ahli PT Katama, Perusahaan pemilik paten Perbaikan Konstruksi Sarang Laba-Laba, pada acara ‘Architectural Products Workshop Surabaya di Hotel Novotel.
Baca juga: 100 Tukang Bangunan di Bangkalan Uji Sertifikasi, Siap Bersaing hingga Luar Negeri
Ia menyatakan, desain konstruksi sarang laba-laba tepat untuk bangunan-bangunan dengan ketinggian delapan lantai ke bawah, Apron, Exit Taxiway, Jalan dan Pergudangan. Kondisi ini akan lebih aman bagi pengguna bangunan maupun masyarakat pada umumnya.
Banyaknya konstruksi gedung yang roboh akibat kurang pedulinya arsitek tentang aturan gempa dalam mendesain pembangunan. Imbasnya, ketika mendapatkan goncangan sedikit maka bangunan tersebut langsung runtuh.
Baca juga: Kementerian PUPR Tingkatkan Keahlian Ratusan Kuli Bangunan di Bangkalan
“Kita harus mendesain setiap bangunan yang memiliki konstruksi tahan gempa. Sebab, Indonesia rawan terhadap gempa dan merupakan negara yang terletak diantara lintasan lempeng Asia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia” katanya.
Konstruksi sarang laba-laba, tambahnya, salah satu penemunya adalah almarhum Sutjipto, politisi senior PDI Perjuangan Jawa Timur.
“Ini ada kabar dari NTB kalau bangunan dengan konstruksi kita masih kuat berdiri," terang Agus, Kamis (16/8/2018).
Baca juga: SIG Gelar Edutrain Bagi 190 Tenaga Konstruksi di Surabaya dan Kediri
Konstruksi ini mulai mendapatkan tempat di masyarakat, tahun 2017 ada sekitar hampir 100 bangunan yang dikerjakan di seluruh Indonesia.
Penulis/Editor: Erwin Yohanes