jatimnow.com - Makanan tradisional orem - orem mungkin sudah jarang diketahui warga Malang. Lantaran jarang dijumpai alias makin langka, menjadikan makanan tradisional khas Malang ini tak begitu populer.
Alex Suprapto, salah satu penjual orem - orem di kawasan Jalan Blitar No. 14 A menyatakan, ia berjualan orem-orem sudah turun temurun. Ia merupakan satu dari segelintir pedagang orem - orem yang masih tersisa di Kota Malang.
"Sudah berjualan orem - orem sejak tahun 1995 saat itu ayah kandung saya yang mengawali jualan. Tahun 2000-an jualan itu saya teruskan," tutur pemilik warung Orem - Orem Arema, Alex Suprapto (39), kepada jatimnow.com, Senin (20/8/2018).
Baca juga: Menikmati Bakso Kapok di Lamongan, Rp15 Ribu Ambil Sepuasnya
Alex, panggilan akrabnya menyatakan sang ayah awalnya berjualan keliling menggunakan gerobak menelusuri jalan - jalan seperti Jalan Jakarta, Jalan Surabaya, Jalan Sumbersari, hingga terjauh di Jalan MT Haryono.
"Dulu tahun 1995 masih menggunakan gerobak keliling hingga terjauh di Pasar Dinoyo. Saat itu Kota Malang masih sepi jarang ada mobil seperti sekarang," ungkapnya.
Memasuki tahun 2000-an usaha sang ayah diteruskan oleh generasi kedua yakni dirinya sendiri, dan menetap berjualan orem - orem di Jalan Blitar hingga sekarang ini.
Orem - orem sendiri terdiri dari ketupat, tempe, bawang merah digoreng, toge, dengan disiram kuah santan yang gurih manis. Namun yang membedakan dari makanan ini, ketupatnya berdimensi cukup besar sekitar 10 cm dan terdapat tempe yang menjadi khasnya Kota Malang.
"Ciri khasnya memang kalau di Malang, ketupatnya lebih besar, dibandingkan dengan daerah lainnya. adanya di malang. Yang khas juga tempenya. Jadi yang disebut orem - orem iti ketupat dan tempenya," terang Alex.
Menurut Alex, sehari - hari termasuk saat akhir pekan ia mampu menjual 200 porsi orem - orem. Untuk memenuhi kebutuhan 200 porsi tersebut Alex membutuhkan 30 ketupat besar dan lebih dari 30 ketupat kecil.
Baca juga: Mencicipi Gulai Kacang Ijo Kembang Jepun Surabaya yang Eksis Sejak 1963
"Satu ketupat kecil bisa dipakai 4 sampai 5 porsi. Kalau ketupat besar bisa dipakai 10 porsi. Besar kecilnya ketupat tidak sama," terangnya kembali.
Dalam memasak ketupatnya memerlukan waktu setidaknya 7-8 jam supaya benar - benar matang hingga ke dalam. "Kalau masak ketupat jam 21.00 WIB malam ditinggal tidur paginya jam 05.00 WIB baru matang," tutur Alex.
Sedangkan untuk lauknya, pria yang beralamatkan di Jalan Candi 2 A, Karangbesuki, Sukun, Kota Malang ini memilih ayam potong dan telur ayam potong. "Jadi variasinya orem - orem biasa, orem - orem telur, dan orem - orem ayam. Yang paling diminati yang telur dan ayam," lanjutnya.
Untuk ayamnya, setidaknya membutuhkan 70 potong, sedangkan untuk telurnya memerlukan 60-70 buah. Untuk tempenya Alex membutuhkan 5 stang tempe yang dipotong kecil-kecil.
Baca juga: 5 Resep Minuman Nikmat dan Segar Cegah Dehidrasi
Nah bagi kalian yang ingin menikmati kuliner tradisional asli Malang ini tak perlu merogoh kocek dalam - dalam. Satu porsi orem - orem biasa dibanderol Rp 7 ribu, sementara untuk orem - orem ditambah telur dan ayam, masing - masing dihargai Rp 10 ribu dan Rp 11 ribu.
Jadi menunggu apa lagi, bila anda berada di Kota Malang tak ada salahnya berkunjung ke warung orem - orem Arema yang buka setiap hari kecuali hari Jum'at mulai pukul 10.00 - 16.00 WIB.
Namun bersiap saja, jika 200 porsi orem - orem tersebut habis, tentu anda harus dibuat kecewa karena kehabisan kuliner tradisional ini. So, bersiaplah datang lebih awal bila ingin mencicipi kuliner khas Malang ini.
Reporter: Avirista Midaada
Editor: Erwin Yohanes