jatimnow.com - Ratusan pengungsi terdampak ranah tetak di Dusun Sumber, Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo bisa bernafas lega. Hunian sementara (Huntara) yang dijanjikan oleh pemerintah segera dibangun.
Ini seiring dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo sudah mulai membuka lahan relokasi. Dengan cara menebangi pohon-pohon di lahan relokasi dan segera membangun Huntara bagi ratusan jiwa itu oleh pihak Perhutani.
Kepala BPBD Ponorogo, Masun mengatakan bahwa 42 keluarga terdampak tanah retak akan dipindah. Dia mengklaim lokasinya masih satu dusun, namun beda lingkungan.
Baca juga: Potensi Longsor Susulan di Ngebel Ponorogo, 1 Rumah Diimbau Mengungsi
"Kami sudah melakukan penebangan tegakan di lokasi calon relokasi korban tanah gerak di Desax umpuk,” ujar Kepala BPBD Ponorogo, Masun, Jumat (13/10/2023).
Menurutnya, penebangan sudah dilakukan mulai Senin (9/10/2023) lalu. Penebangan diperkirakan selesai pekan ini.
Total ada 474 tegakan atau pohon jenis rimba campuran. Dengan rincian pinus maupun sengon ada 304 pohon
Baca juga: BPBD Ponorogo Salurkan 277 Ribu Liter Air Bersih Atasi Dampak Kekeringan
Selanjutnya kayu indah 121 tegakan meliputi johar, mahoni, sono brid, kelompok kayu lainnya 49 meliputi flamboyan dan kemelinah.
“Total 474 diameter lebih dari 30 centimeter ada kurang lebih 30 pohon,” kata mantan Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) ini
Menurutnya, sesuai peraturan menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) pasal 31 ayat 7 penggunaan kawasan hutan yang dibiayai apbd, bumn dan bumd, tidak dikenai biaya investasi.
Baca juga: Desa Gelang Kulon Krisis Air Bersih, BPBD Ponorogo: Ini Pertama
“Bisa disimpulkan aset yang ditebang milik pengelola perhutani dan tidak ada biaya pengganti. Tapi bekas tebangan milik Perhutani,” pungkasnya.
Sebelumnya, bencana tanah retak terjadi di Ponorogo, tepatnya di Dukuh Sumber, Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, membuat 42 kepala keluarga (KK) atau 139 jiwa terpaksa harus diungsikan.
Pantauan di lokasi, mereka mengungsi di bangunan lama Balai Desa Tumpuk. Ratusan warga tidur dengan kondisi seadanya, menggunakan alas tikar untuk tidur.