jatimnow.com - Dari informasi yang dihimpun, tercatat sejak Januari hingga awal Oktober 2023 terjadi kurang lebih 52 kebakaran terjadi di wilayah Porong Sidoarjo. Petugas pemadam kebakaran (Damkar) harus berjibaku memadamkan api meski nyawa taruhannya.
Kisah tak terlupakan saat bertugas dialami Ade Ardiananta petugas Damkar Porong. Ia sudah menjadi penjinak api sejak 7 tahun yang lalu. Banyak kebakaran yang ia padamkan bersama rekan-rekannya. Banyak juga kondisi-kondisi yang harus dilalui dengan mental baja.
"Kepala saya pernah kejatuhan bara api saat bertugas. Itu sungguh mengerikan. Berat sepertinya genting membawa menimpa kepala. Sementara teman-teman saat itu juga sampai terluka," kenang Ade saat ditemui jatimnow.com, Selasa (17/10/2023).
Baca juga: Damkar Ponorogo Sudarsono: Padamkan Api di SPBU hingga Ibu-ibu yang Tak Paham Tanda Bahaya
"Kebakarannya sangat besar. Teman saya jatuh dari ketinggian kebakaran pabrik, kakinya sampai patah. Musibah tidak ada yang tahu kapan datang. Kami yang menolong malah harus ditolong," imbuh pria 27 tahun itu.
Ade mengakui, selain api, yang sesungguhnya tak kalah membahayakan adalah asap kebakaran. Terutama jika yang terbakar itu ada bahan-bahan kimianya, maka bahaya asap menjadi berlipat-lipat.
"Waktu kebakaran gudang bahan kimia, asapnya bukan putih lagi tapi hitam. Nah, itu yang terbuka hanya pintu depan, asap di dalam keluarnya cuma sedikit. Waktu itu kita bersepuluh. Dua teman maju, terjebak di tengah asap dan pingsan. Sempat terjadi ledakan, 2 teman yang pingsan langsung diselamatkan, digantikan lainnya," Ade mengisahkan aksi heroik bersama rekan-rekannya.
Ade menegaskan, sebenarnya yang berbahaya dari pemadaman bukan apinya, tapi asapnya. Asapnya lebih berbahaya dari pada apinya.
Baca juga: Petugas Damkar di Kediri Bertaruh Nyawa Sejak di Tugas Pertama
"Sempat memang teman saya yang 2 pingsan itu, gara-gara terlalu banyak kena asap, untung ada ambulans yang sudah stand by di lokasi akhirnya tertolong," jelasnya.
Andre memberikan sedikit info terkait beberapa jenis kebakaran dari ringan hingga berat beserta teknik menanganinya.
"Kebakaran ringan, seperti lahan kosong seperti kemarau saat ini yang paling banyak terjadi. Kita gak perlu alat pelindung diri (APD) secara lengkap dan alat bantu pernafasan gak perlu, karena bukan suatu bangunan tertutup. Lahan kosong ini kan terbuka, jadi cukup jaket dan celana tahan panas, masker, sarung tangan kemudian helm bila dibutuhkan," terangnya.
Sedangkan untuk kebakaran berat yang terjadi di dalam ruangan digunakan kelengkapan sama seperti saat terjun ketika memadamkan kebakaran ringan. Hanya saja wajib dengan menggunakan helm dan kelengkapan alat bantu pernafasan self contained breathing apparatus (SCBA) .
Baca juga: Pengabdian Tanpa Batas Petugas Damkar Tulungagung, Pertaruhkan Nyawa di Tengah Api dan Ledakan
"Yang membedakan kelengkapan yang kita pakai saat terjadi kebakaran ringan dan berat adalah pemakaian helm dan SCBA," tegasnya.
Sedangkan air yang digunakan ada 2 macam, tergantung situasi kebakaran yang dihadapi.
"Kita liat dulu apa yang terbakar, kalau memang misalkan tempat atau gedung bahan kimia atau beracun, kita gak bisa pakai air biasa. Kita harus campurkan air dengan bahan yang bisa mengubah air menjadi busa, misalkan pakai deterjen. Jadi deterjen kita tumpahkan ke tangki, stelah itu baru kita semprotkan," terangnya.