Pixel Code jatimnow.com

Petugas Damkar di Kediri Bertaruh Nyawa Sejak di Tugas Pertama

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Yanuar Dedy
Mashudi (kiri) dan Indra (kanan) pemadam kebakaran Kota Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Mashudi (kiri) dan Indra (kanan) pemadam kebakaran Kota Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Mashudi (54) masih ingat betul tugas pertamanya sebagai pemadam kebakaran. Dia bertaruh nyawa memadamkan api yang membakar sebuah dealer motor di Kota Kediri.

Malam itu, 23 September 2011, Mashudi baru saja menyelesaikan pendidikannya sebagai pemadam kebakaran. Mendadak telepon di kantornya berdering, membawa kabar bersandi 65 tersebut. Api membakar dealer motor Armada Pagora Jaya di Kota Kediri.

Warga Kelurahan Bandar Kidul itu pun cukup bersemangat, mengingat ini tugas pertamanya. Dia bersiap mengaplikasikan semua yang ia dapat selama belajar.

Mashudi langsung bergegas. Saat itu api memang cukup besar. Semua motor di area depan hangus. Yang membuatnya berkesan adalah saat dia menemukan sebuah ruangan dengan dinding beton tebal berpintu besi tempat menyimpan ratusan stok unit motor baru.

Dia bersama rekannya, Fuad, lalu mendobrak pintu tersebut dan masuk. Tanpa berfikir panjang, dia lalu berusaha mengeluarkan motor-motor tersebut bersama kepolisian dan relawan lain.

Namun dia tak menyadari, bahwa atap beton sudah melengkung. Air hangat sudah mengalir di tubuhnya.

“Kalau mungkin bangunan itu nggak kuat saya sudah tidak ada disini,” kenang Mashudi, Selasa (17/10/2023).

Mashudi tahu pekerjaannya penuh risiko. Nyawa taruhannya. Namun, saat itu pengalaman yang masih nol membuat dia belum terlalu pandai menghitung bahaya. Dia hanya berfikir dan merasa bertanggung jawab, agar pemilik dealer tidak menderita kerugian yang semakin besar.

Beruntung dia bersama petugas lainnya sukses mengeluarkan sekitar 100 unit motor tanpa harus tertimpa bangunan.

“Tapi memang saat itu kita ceroboh juga. Yang kebakaran gedung bertingkat, kita tidak memikirkan keselamatan kita juga,” jelasnya.

Dia banyak belajar dari peristiwa itu. Bagaimana seorang pemadam tidak boleh tergesa-gesa dan ceroboh.

Baca juga:
Damkar Ponorogo Sudarsono: Padamkan Api di SPBU hingga Ibu-ibu yang Tak Paham Tanda Bahaya

Meski demikian, risiko tetap saja mengancam. Baru-baru ini, jari kelingking kaki kanannya patah saat memadamkan api di kawasan Klotok, Kota Kediri. Dia bahkan sempat pingsan usai pohon Beringin menimpa kakinya.

“Kita tidak tahu itu, malam-malam. Padahal juga mau selesai, pas beres-beres alat ya itu kejadiannya. Sempat pingsan terus dilarikan ke Rumah Sakit Lirboyo,” tambah Mashudi. Namun dia tetap semangat, 4 tahun lagi dia akan pensiun. Dia senang masih bisa menularkan ilmu dan pengalamannya untuk anggota-anggota baru.

Seperti Indra (27) pemadam kebakaran asal Kelurahan Ngampel, Kota Kediri yang baru bergabung di 2021.

Meski baru, Indra sendiri sudah sering terlibat dalam operasi pemadaman dan penyelamatan. Adaptasi cepat menjadi kunci. Paling sulit menurut Indra adalah pemadaman pasar dan sepah tebu di rumah produksi gula merah.

“Tantangan besarnya adalah memadamkan api yang melahap pasar dan sepah tebu, sulit,” akunya.

Dia pernah terlibat dalam pemadaman api di Pasar Ngadiluwih dan Pasar Kesamben. Sulit karena area yang terbakar cukup luas.

Baca juga:
Pengabdian Tanpa Batas Petugas Damkar Tulungagung, Pertaruhkan Nyawa di Tengah Api dan Ledakan

Memang tak hanya wilayah Kota Kediri, mereka juga bertindak dalam operasi pemadaman di wilayah lain berdasarkan kerjasama maupun permintaan khusus.

Kini Indra didapuk untuk mengoperasikan kendaraan. Dia menjadi sopir untuk kendaraan merah besar itu. Kini, dia bersyukur masyarakat semakin sadar. Mereka sudah paham apa yang harus dilakukan ketika mobil pemadam kendaraan melintas.

“Dulu sulit, mereka biasanya abai tapi semakin kesini masyarakat alhamdulillah semakin sadar. Kita jalan sudah tidak pernah ada hambatan. Paling kalau jalan sempit kita agak melambat. Kalau jalan lebar 90-100 km perjam,” terangnya.

Di sisi lain, pemadam kebakaran kini juga melakukan tugas penyelamatan. Bukan hanya memadamkan api, mereka juga mengevakuasi sarang tawon, ular dan lain lain.

“Kita harus bisa semua. Kita harus belajar terus,” tandasnya.