jatimnow.com - Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Surabaya mengalami krisis kepemimpinan, tarik ulur dalam musyawarah Percasi Kota Surabaya (Muskot) untuk pemilihan ketua menuai jalan buntu.
Akibatnya, atlet catur berprestasi di Kota Pahlawan tidak terakomodir untuk berlaga di kejuaraan daerah bahkan nasional.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu pengurus club catur Yoso Dipuro, Soerdamadji. Ia mengungkapkan bahwa pengurus Percasi Surabaya seharusnya sudah saatnya untuk dilakukan pergantian pengurus yang baru.
Baca juga: Ratusan Pecatur Berebut Piala Bupati Kediri
"SK pengurusan (Percasi periode) saat ini, seharusnya sudah selesai pada 23 Maret 2024 yang lalu," ulasnya Master Nasional catur tersebut pada jatimnow.com, Selasa (30/7/2024).
Idealnya, kata Soerdamadji, sebelum habis masa berlaku SK tersebut, seharusnya sudah dilakukan rapat musyawarah untuk memilih ketua yang baru. Dalam musyawarah itu, dihadiri oleh anggota tingkat kecamatan maupun perwakilan club yang sebelumnya tercatat sebagai anggota Percasi Kabupaten/Kota.
Namun faktanya Muskot (Musyawarah Percasi Kota) Surabaya, baru diselenggarakan pada 29 Mei 2024 yang lalu. Dan itu yang diundang hanya 8 anggota Percasi tingkat Kecamatan yang disinyalir itu bentukan baru.
Sementara ada 33 club catur yang tercatat sebagai anggota atau konstituen pada musyawarah tahun 2020 justru tidak diundang.
"Hasil dari Muskot kemarin tanggal 29 Mei 2024 deadlock, lantaran menuai protes dari seluruh anggota, sebab berjalan tidak sesuai AD/ART yang ada. Terlebih ada indikasi bahwa dia (ketua saat ini Budi Leksono) ngotot ingin lanjut 3 periode," bebernya.
Baca juga: Jawara Kejurprov Jatim 2022, Pecatur Surabaya Akan Tampil di Kejurnas
"Padahal Ketua Percasi (Budi Leksono) sudah 2 periode, sebagaimana dalam aturan AD ART ada klausul yang menyebut ketua hanya boleh menjabat selama dua periode, dan atau bisa lebih bila mana tidak ada calon. Lha ini ada yang mau maju, masih ngotot ingin 3 periode," bebernya.
Sementara itu, dampak dari krisis kepemimpinan di tubuh Percasi Surabaya menyebabkan para atlet berbakat asal Surabaya mendapat atensi tidak dapat berlaga dengan membawa nama daerahnya.
Selain itu, prestasi para atlet juga mengalami penurunan dalam berbagai bidang kejuaraan. Misalnya, dalam catatan Soerdamadji belakangan Percasi Surabaya pernah terjerembab di urutan ketujuh pada Porprov. Padahal, sebelumnya Percasi Surabaya tidak pernah terlempar dari tiga besar.
“Dampaknya para atlet Percasi Surabaya gagal berpartisipasi pada kejuaraan daerah kemarin mewakili nama daerah. Para atlet akhirnya diakomodir oleh Pengprov Percasi Jatim, padahal mereka (atlet) meraih peringkat dua. Namun, prestasi itu tidak mewakili nama daerahnya," imbuhnya.
Baca juga: Video: Ratusan Atlet Catur Ikuti Kejurprov di Tulungagung
Oleh sebab itu, Soerdamadji bersama club catur yang ada di Surabaya mendesak kepada KONI Surabaya, Pengprov Percasi Jatim dan Pengurus Besar (PB) Percasi untuk meninjau atau mengambil alih Muskot Percasi agar berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
"Kita sudah berkirim surat pada awal Juni kepada KONI Surabaya, Pengprov Percasi Jatim dan PB Percasi," Sambungnya.
"Harapannya agar sidang Pengkot (Pengurus Kota) yang deadlock dapat diambil alih oleh Pengprov Jatim, agar kepengurusan Percasi Kota Surabaya dapat segera terbentuk dan para atlet catur Surabaya dapat terwadahi untuk pengembangan diri hingga mengikuti kejuaraan dan berprestasi mengharumkan nama daerah," tutupnya.