jatimnow.com - Tidak semua petani di Ponorogo bisa menikmati hasil panen cabai yang baik dengan harga jual yang tinggi.
Beberapa petani di Bumi Reog justru harus menerima kenyataan pahit. Tanaman cabai mereka rusak dan gagal berbuah akibat virus.
Hal ini dirasakan Rochim, salah satu petani cabai di Desa Ronosentanan, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo. Cabai yang ditanamnya tak satupun menunjukkan hasil yang baik.
Baca juga: Harga Cabai Petani Banyuwangi Merosot, DPW Tani Merdeka Jatim Duga Karena Impor
"Tanaman cabai di tempat saya rusak, tidak jadi panen. Harusnya ini sudah lewat 3,5 bulan, harusnya sudah bisa panen," ujar Rochim di lahan cabainya.
Menurut Rochim, virus yang menyerang tanaman cabainya adalah virus gemini. Virus ini menyebabkan daun menjadi keriput dan berkerut, sehingga tanaman gagal berbuah.
Baca juga: Cabai Pengaruhi Inflasi, Pj Wali Kota Batu Sosialisasikan Kemandirian Pangan
"Ya disebut gagal karena memang tidak panen. Permintaan pasar tinggi, tapi tidak bisa dipenuhi," lanjutnya.
Petani lain, Rudi Setiono, juga mengalami nasib serupa. Virus gemini mulai menyerang tanaman cabainya sekitar satu bulan yang lalu, dengan tanda-tanda pohon yang mengerdil, daun keriting, dan berubah warna menjadi kuning. Kini, dia hanya bisa memanen 2 hingga 3 kilogram saja.
"Rugi total ini. Biasanya tanaman cabai saya di satu kotak sawah bisa menghasilkan 25 kilogram setiap seminggu sekali," keluh Rudi.
Baca juga: Harga Jual Cabai Petani Lojejer Turun Akibat Dampak Cuaca Buruk
Untuk mengurangi kerugian lebih lanjut, Rudi memilih untuk mengganti tanaman cabai dengan jagung.
“Daripada tidak dapat apa-apa. Ini sudah melakukan berbagai upaya penanganan," pungkasnya.