jatimnow.com - Harga cabai merah besar di tingkat petani Kabupaten Banyuwangi merosot hingga menyentuh harga Rp3.500 setiap kilogram.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Tani Merdeka Indonesia Jawa Timur (Jatim), Riki Septiadi usai dilantik di kawasan wisata petik madu, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang pada Minggu (13/10/2024).
Riki menyampaikan, harga cabai merah besar saat ini di pasar rakyat dijual Rp 18.000 setiap kilogram.
"Nah, ini menjadi para petani pada teriak, sedangkan di pasar sendiri itu sekarang untuk di Jawa aja sekitar Rp18.000 per kilogram," kata Riki.
Perlu diketahui, Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Tani Merdeka Indonesia Provinsi Jawa Timur resmi terbentuk, ditandai dengan pelantikan dan pengukuhan para pengurusnya.
Dalam pengukuhan tersebut, organisasi yang para anggotanya merupakan petani dari seluruh Jawa Timur itu menyatakan komitmen tegas. Untuk siap mendukung dan mengawal program swasembada pangan yang dicanangkan oleh presiden terpilih Prabowo Subianto.
Lebih lanjut, Riki menduga, penyebab merosotnya harga di tingkat petani Kabupaten Banyuwangi, karena masuknya cabai merah besar impor dari India.
"Nah, itu pun juga harga itu dirusak kemungkinan besar karena adanya importir dari India. Nah, itu biasanya karena ada pemain besar yang merusak harga, makanya itu kita sebagai operator untuk memfasilitasi biar para kartel yang kita anggap itu tidak eksis lagi," katanya.
Pihaknya sedang mencari cara untuk membantu para petani di Banyuwangi agar bisa menjual cabai dengan harga yang wajar.
"Sebenarnya isu yang sekarang ini terjadi adalah antara supply and demand, antara pembeli dan petani dengan masyarakat itu tidak terkoneksi, karena terputus," katanya.
Baca juga:
Harga Beras Turun di Tulungagung, Daging Ayam Potong Naik Jelang Ramadan
"Nah, kami disini sebagai platform untuk mempertemukan antara petani agar tidak susah dalam menjual sesuatu. Ya, kami memfasilitasi dengan mensinkronkan dengan kebijakan dari arahan pusat," sambungnya.
Sementara itu, Ketua Umum Tani Merdeka Indonesia, Don Muzakir mengatakan, pihaknya tengah fokus melakukan pembinaan terhadap para petani, dan utamanya membantu solusi pemasaran.
"Kita akan membeli hasil panen para petani ke depan, agar petani ini go international (ekspor) ke depan," katanya.
Dia menargetkan semaksimal mungkin hasil pertanian yang ada dapat dipasarkan ke luar negeri.
"Agar begitu panen raya ini bisa terserap dan kita bawa ke luar negeri, jadi begitu, tidak hanya menjadi konsumsi pasar nasional, tapi kita mencari jaringan di luar negeri dan itu sudah kita lakukan," katanya.
Baca juga:
Harga Cabai Rawit Merosot, Pedagang di PIOS Tetap Jaga Kualitas
Dia mengatakan, sebenarnya sudah ada beberapa hasil pertanian asal Indonesia yang telah di-ekspor.
"Kita sudah mengekspor sekarang bawang yang dari Brebes, kemudian beberapa hasil cengkeh sudah di-ekspor ke Tiongkok. Banyak produk-produk ke Jepang kita sudah mulai membuka jaringan," katanya.
Pihaknya juga siap mengawal program pemerintah di bidang pertanian. Menurutnya, kebutuhan petani yang perlu didukung penuh oleh pemerintah yakni pupuk, pestisida dan benih.
"Persoalan pupuk, ada petani kadang-kadang dia begitu datang ke depo pupuk dibilang pupuk tidak ada, kita akan mengadvokasi hal-hal semacam ini, karena pupuk tidak ada istilah langka, 9,5 juta ton sekarang pupuk," katanya.