jatimnow.com - Sejumlah massa terlibat bentrok dengan polisi di Alun-Alun Kabupaten Bojonegoro, Senin (19/8/2024). Sejumlah massa terlihat membentangkan spanduk penolakan terhadap proses pelaksanaan Pilkada.
Mereka kemudian melakukan penyerangan dengan melakukan pelemparan ke arah petugas kepolisian yang tengah melakukan pengamanan. Hingga bentrokan dan saling dorong pun tak terhindarkan.
Kendaraan taktis barakuda pun diterjunkan. Polisi kamudian menyemprot gerombolan massa dengan water canon untuk membubarkan aksi demontrasi.
Baca juga: Debat Pilkada Bojonegoro: Setyo Wahono Kritik KPU Tidak Profesional
Bentrokan tersebut merupakan rangkaian dari simulasi sistem pengamanan kota (Sispamkota) dalam rangka pengamanan Pilkada serentak 2024 yang digelar Polres Bojonegoro bersama TNI dan unsur pemerintah daerah.
Kapolres Bojonegoro/ AKBP Mario Prahatinto mengatakan, simulasi itu dilakukan sebagai gambaran setiap eskalasi tahapan Pilkada serentak 2024. Pada apel Sispamkota itu melibatkan TNI/Polri dan Pemda Bojonegoro untuk mengecek kelengkapan dan kesiapan para personel yang akan bertugas pada gelaran pilkada serentak yang akan datang.
Baca juga: Kisruh Rakor Persiapan Debat Pilkada Bojonegoro, Tim Paslon 2 Walk Out
"Sispamkota juga ditujukan untuk mengantisipasi pada saat pelaksanaan pilkada ada hal-hal yang berpotensi mengganggu keamanan di kabupaten Bojonegoro," ujar Mario.
Pengaman Pilkada serentak nanti, kata Mario, pihaknya menyiagakan sebanyak 5721 personel yang terdiri dari unsur TNI/polisi serta pemerintah daerah.
Baca juga: 2 Kali Gagal, KPU Bojonegoro Umumkan Jadwal Ulang Debat Pilkada
Sementara itu, untuk pemetaan daerah kerawanan, tambah Mario hingga saat ini kondisi potensi kerawanan di wilayah Kabupaten Bojonegoro masih aman. Namun, berkaca pada pelaksanaan Pemilu yang lalu kerawanan yang terjadi sebatas pada kondisi geografis seperti letak TPS yang jauh dan potensi wilayah rawan bencana.
"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga ketertiban kemudian tetap menjaga kesatuan dan persatuan, berbeda boleh tapi ingat kita tetap warga Indonesia. Kemudian jangan mudah percaya dan termakan berita hoax, pastikan dulu kebenaran dari berita yang diterima," pungkasnya.