jatimnow.com - Berkomitmen untuk turut mewujudkan lingkungan yang lebih sehat dan minim timbunan sampah, BG Skin menghadirkan program BG Skin Go Green.
Untuk mewujudkan program ini, BG Skin berkolaborasi dengan Universitas Yudharta Pasuruan, menghadirkan mesin pirolisis yang secara spesifik dirancang untuk mengolah limbah plastik.
Tak hanya dari kemasan produk BG Skin, limbah plastik yang akan diolah dengan mesin pirolisis ini juga termasuk sampah dari sekitar lingkungan kampus Yudharta.
Baca juga: Unisba dan Untag Surabaya Kolaborasi Atasi Masalah Sampah dengan Cara Ini
Program ini merupakan bentuk pertanggungjawaban turut menjaga kelestarian lingkungan melalui pemanfaatan kemasan bekas skincare yang sebelumnya dikumpulkan kembali dari customer.
"Program ini bukan sekadar program pengelolaan limbah, tetapi juga sebuah langkah untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan,” ungkap Founder BG Skin Vonny Afiyah dalam siaran pers, Senin (11/11/2024).
Mesin pirolisis ini juga digunakan oleh Mahasiswa Teknik Industri Universitas Yudharta Pasuruan sebagai media penelitian dan inovasi pengolahan sampah plastik.
Baca juga: Problem Sampah di Ponorogo Diklaim Bakal Selesai karena Mesin Ini
Menariknya mesin pirolisis ini hadir sebagai mesin pengolahan sampah plastik berkapasitas 100 Kg yang pertama di Jawa Timur.
Mesin ini bekerja dengan cara memanaskan limbah plastik hingga suhu tinggi untuk kemudian menghasilkan produk cair seperti bensin dan solar.
Dengan daya tampung yang besar, mesin pirolisis ini mampu mengolah hingga 100 Kg sampah plastik yang akan menghasilkan kurang lebih 100 liter bensin atau solar dan 11 Kg residu karbon hitam. Hasil bahan bakar dari olahan tersebut juga telah dinyatakan lolos uji Laboratorium Pertamina.
Baca juga: Sampoerna Beri Pelatihan Pengelolaan Sampah dan Bantuan Bibit Pohon Buah di Hutan Cempaka Pasuruan
Bahan bakar yang dihasilkan dari limbah plastik yang diolah oleh mahasiswa Teknik Industri di Universitas Yudharta ini selanjutnya akan dimanfaatkan untuk kendaraan dan kebutuhan internal lain di kampus.
Sementara itu, residu karbon hitam akan diolah kembali menjadi beberapa produk yang bisa dipakai kembali, seperti tempat tisu, tatakan gelas, tempat bolpoin dan berbagai produk bermanfaat lainnya.
"Kami berharap program ini dapat memberikan dampak positif yang luas, tidak hanya untuk lingkungan, tetapi juga bagi masyarakat yang terlibat langsung dalam proses ini," pungkas Vonny.