jatimnow.com - Taman Nasional Alas Purwo atau Alas Purwo, bukan hanya destinasi wisata alam saja. Rimba (hutan) dan pantai ada disana. Tak disangka, disana pula terselip kehidupan sekelompok orang rimba yang bergantung pada hasil laut.
Sekelompok warga ini tinggal di sebuah permukiman kecil bernama Kampung Kacangan. Kampung yang tak jauh dari bibir pantai Plengkung, yang terkenal akan ombak bagi peselancar dunia.
Tak ada yang tahu pasti kapan Kampung Kacangan ini mulai ada. Hanya nama kampung itu diambil dari nama jenis ikan, yaitu ikan Kacangan.
Baca juga: 5 Fakta Bocah 7 Tahun di Banyuwangi Ditemukan Tewas, Diduga Diperkosa
Konon, Kampung Kacangan bermula saat sekelompok nelayan pada saat itu sedang melimpah tangkapan ikan Kacangan di perairan sekitar Plengkung. Kemudian, mereka menepi dan mencari tempat untuk singgah.
"Dan sejak saat itu tempat singgah itu diberi nama Kampung Kacangan. Ya disini ini, tempatnya," jelas Mbah Kasinem, salah satu penghuni Kampung Kacangan ditemui jatimnow.com, Jumat (5/10/2018).
Kasinem tak tinggal sendiri di Kampung Kacangan. Ada sekitar 6 Kepala Keluarga (KK) lainnya disana. Mereka tinggal di gubuk-gubuk yang terbuat dari bambu beratap terpal dan dikelilingi rimbunnya hutan bambu. Lokasinya bersih dan tertata rapi.
Hampir semua penghuni Kampung Kacangan adalah nelayan darat namun ada juga yang melaut. Mereka menangkap hasil laut seperti kerang, rumput laut, ikan karang dan lainnya. Apapun jenis hasil laut yang muncul pada musimnya.
"Sekarang lagi musim kuwuk (sejenis kerang)," tambahnya.
Kampung Kacangan hingga hari ini masih menjadi tempat persinggahan sementara bagi penghuninya selama mencari nafkah. Dua minggu sekali mereka akan pulang ke rumahnya sembari menjual hasil laut tangkapannya.
Baca juga: ASMOPSS ke-14 Digelar di Banyuwangi, Diikuti 136 Peserta
Adapula penghuni Kampung Kacangan mencari sampah yang terdampar di bibir pantai dan bernilai ekonomis. Seperti botol plastik bekas air mineral kemasan dan sebagainya.
"Kadang juga cari rongsokan yang hanyut di pantai," timpal Lani, perempuan paruh baya, menimpali.
Berada di Kampung Kacangan, seolah berada di kehidupan tempo dulu yang masih dikepung hutan belantara. Meski sudah bertahun-tahun tinggal disana, namun penghuninya mengaku tak pernah mengalami hal menyeramkan.
"Alhamdulillah tidak pernah ada yang aneh-aneh, seperti hantu. Selagi kita jaga (alam), InshaAllah tidak ada apa-apa," ungkapnya.
Baca juga: Bazar Kuliner Kampoeng Cungking Banyuwangi Angkat Hidangan Tradisional
Saat malam, lampu penerangan hanya dari lampu oblik (lampu tempel) berbahan bakar solar. Untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus dan air minum, mereka mengambil dari salah satu resort yang ada di kawasan Plengkung.
"Kita sudah baik dengan pengelola hotelnya, jaraknya sekitar 100 meter dari sini," pungkasnya, sembari menyapa rombongan bule yang berangkat berselancar.
Ya, Kampung Kacangan, sangat menarik untuk dikunjungi meski letaknya terselip dilebatnya rimba Alas Purwo. Bersantai disana, bercengkrama dengan penghuninya yang ramah untuk belajar bagaimana bersahabat dengan rimba.