jatimnow.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menegaskan komitmennya dalam memperkuat Gerakan Wajib Belajar 13 Tahun.
Kebijakan ini bukan sekadar menambah angka dalam sistem pendidikan, melainkan memasukkan satu tahun pendidikan anak usia dini (PAUD) sebelum mereka melangkah ke jenjang SD hingga SMA/SMK.
Program tersebut selaras dengan enam prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Baca juga: Menuju Kota Layak Anak Dunia, Surabaya Gencarkan Transisi Menyenangkan PAUD ke SD
Keenam program tersebut meliputi penguatan pendidikan karakter, pemerataan kesempatan, peningkatan kualifikasi guru, penguatan literasi-numerasi serta sains teknologi, pemenuhan sarana-prasarana, hingga pembangunan bahasa dan sastra.
Ketua Bunda PAUD Surabaya, Rini Indriyani, menegaskan tambahan satu tahun prasekolah sangat penting untuk mempersiapkan anak menghadapi dunia pendidikan formal.
"Pendidikan prasekolah itu penting sekali, karena perkembangan zaman sekarang itu luar biasa. Dulu wajib belajar 12 tahun, sekarang ditambah prasekolah,” ujar Bunda Rini, Senin (22/9/2025).
Menurutnya, PAUD atau TK bukan sekadar ruang bermain, melainkan wadah pembentukan mental, sosial, sekaligus kemandirian anak. Anak yang terbiasa bersekolah di PAUD cenderung lebih siap, tidak mudah menangis, dan tidak bergantung penuh pada orang tua saat pertama kali masuk SD.
“Kalau dia sudah sekolah prasekolah, ketika masuk SD, anak akan lebih berani. Malah ada yang bilang, ‘Mama, nggak usah diantar. Mama nggak usah masuk.’ Itu artinya mereka sudah terbiasa mandiri,” ungkapnya.
Lebih dari sekadar kemandirian, Bunda Rini menilai bahwa prasekolah juga melatih anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial yang lebih kompleks.
Interaksi dengan teman sebaya, komunikasi dengan guru, hingga pengalaman sederhana seperti menunggu giliran, menjadi bekal tak ternilai ketika anak memasuki bangku SD.
“Kalau anak tidak terbiasa berkumpul, bisa dipastikan ketika masuk SD dia akan minder, bahkan takut sekolah. Itu yang bahaya,” tegasnya.
Karena itu, Bunda Rini menekankan bahwa pembentukan karakter sejak dini harus dipandang sebagai fondasi. Anak yang terbiasa disiplin, sabar, dan berani tampil akan lebih siap menghadapi jenjang pendidikan lanjutan.
“Kadang-kadang orang tua berpikir sekolah prasekolah itu tidak penting. Padahal secara psikologis, itu tantangan besar buat anak,” imbuhnya.
Untuk memastikan semua anak mendapat kesempatan prasekolah, Pemkot Surabaya menggerakkan jejaring Bunda PAUD hingga tingkat kelurahan. Mereka turun langsung mendata anak usia 5-6 tahun yang belum masuk sekolah.
"Ada yang belum sekolah, ada yang tidak mau sekolah. Itu kami data, lalu kami lakukan pendekatan langsung, kami datangi satu-satu. Kalau tidak mau sekolah, kami ajak ngobrol, cari solusi,” jelas Bunda Rini.
Tak berhenti di situ, Pemkot Surabaya juga mendekati orang tua dengan sentuhan personal. Melalui program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH), orang tua di-edukasi tentang pentingnya pendidikan usia dini.
“Tantangannya memang mindset orang tua. Ada yang menganggap PAUD cuma bermain dan bernyanyi. Padahal justru dari situ terbentuk rasa percaya diri anak,” tuturnya.
Baca juga: 200 Bunda PAUD di Sidorjo Digembleng untuk Tingkatkan Kualitas
Oleh sebabnya, Bunda Rini kembali menegaskan bahwa prasekolah adalah bekal berharga sebelum anak melanjutkan pendidikan formal.
“Ayo kita ke PAUD, bentuk karakter anak sejak dini. Jadilah orang tua yang asyik dan hebat, agar anak-anak menjadi penerus yang mengangkat derajat orang tua,” pesannya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh, menambahkan bahwa keberhasilan program ini lahir dari kerja kolaboratif lintas perangkat daerah (PD).
"Alhamdulillah, sinerginya baik. Bunda PAUD (Rini Indriyani) sangat support, sehingga kami bisa fokus memberikan layanan di satuan pendidikan. Kalau ada anak yang mau sekolah tapi terkendala biaya, langsung dicarikan solusi,” kata Yusuf.
Yusuf menekankan bahwa meski tidak ada kewajiban formal masuk SD melalui TK, manfaat PAUD dirasakan nyata.
“Minimal anak bisa pakai baju sendiri, itu kan bentuk kemandirian. Jadi orang tua akan percaya menitipkan anaknya,” tambahnya.
Yusuf juga mengingatkan bahwa pendidikan tidak hanya soal kurikulum, tetapi juga bagaimana membangun suasana kelas yang menyenangkan.
“Jangan sampai orang tua sudah memasukkan anak, tapi di sekolah tidak menyenangkan. Itu PR kita,” imbuhnya.
Baca juga: Monitoring 3 Sekolah, Novita Hardini Berharap Pendidikan di Trenggalek Bisa Menyenangkan
Selain pembentukan karakter, Yusuf menyampaikan bahwa Pemkot Surabaya juga mengintegrasikan literasi, numerasi, dan nilai agama ke dalam pembelajaran PAUD dengan metode yang menyenangkan.
"Harapannya sekolah itu aman, nyaman, dan menggembirakan. Jangan sampai anak putus sekolah karena tidak betah,” kata Yusuf.
Sementara itu, Dosen Pendidikan Guru (PG) PAUD Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Fatiha Khoirotunnisa Elfahmi, berpandangan bahwa Kota Surabaya termasuk daerah yang paling progresif dalam implementasi wajib belajar 13 tahun.
"Kalau dibanding kota-kota lain, Surabaya ini sangat gercep (gerak cepat). Advokasi dilakukan masif, gurunya juga disekolahkan sungguh-sungguh,” ujar Fatiha.
Menurut Fatiha, Pemkot Surabaya telah memberikan beasiswa S-1 bagi 195 guru PAUD melalui program rekognisi pembelajaran lampau (RPL). Bahkan, di tahun ini ada tambahan 200 guru lagi yang tengah menempuh pendidikan perguruan tinggi.
"Dampaknya luar biasa. Banyak guru yang sebelumnya belum paham cara mengajarkan literasi-numerasi yang tepat, kini lebih terampil dan fun. Ini berpengaruh langsung pada kualitas pembelajaran,” jelasnya.
Fatiha menilai langkah yang dilakukan Pemkot Surabaya ini menunjukkan bahwa Kota Pahlawan tidak hanya membangun dari sisi infrastruktur, tapi juga kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
"Kalau atensi ini terus dijaga, Surabaya akan melahirkan generasi yang unggul, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan,” tutupnya. (ADV)