jatimnow.com - Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Surabaya Raya bersama Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) menggelar diskusi kebudayaan di Balai Pemuda Surabaya dengan tema “Kebudayaan sebagai Fondasi Kemandirian Bangsa di Era Digital dan Tantangan Globalisasi.”
Kegiatan ini menghadirkan tokoh kebudayaan dan aktivis mahasiswa yang mengulas pentingnya kebudayaan sebagai basis ideologis dan strategis dalam menghadapi derasnya arus globalisasi dan kapitalisme digital.
Ketua DKJT Jawa Timur, Chrisman Hadi, menegaskan bahwa tantangan utama generasi muda saat ini adalah kemampuan memanfaatkan peluang industri kreatif di era digital secara maksimal. Ia juga menyinggung kesenjangan antara kelompok urban terdidik dan kaum pekerja sektor riil yang semakin melebar akibat liberalisasi ekonomi global.
Baca juga: GMNI Surabaya Raya Menolak Gugatan Perubahan Batas Usia Pemuda ke 40 Tahun di MK
“Mahasiswa hidup dalam kemegahan fasilitas digital, sementara kaum pekerja sektor riil menjadi penyangga sistem ekonomi. Ketimpangan ini harus dijembatani dengan kesadaran dan gagasan agar sektor digital dan sektor riil berjalan beriringan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Chrisman menilai liberalisasi ekonomi dunia sejatinya merupakan pertarungan modal antara kekuatan besar Timur dan Barat. Oleh sebab itu, menurutnya, generasi muda harus memiliki pandangan geopolitik yang kritis dan objektif terhadap dinamika global yang kompleks.
“Keunggulan kita ada pada kebudayaan. Tidak ada bangsa yang memiliki keragaman etnik dan budaya seperti Nusantara. Tapi untuk menjadi bangsa maju, kita harus membuka diri terhadap perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri,” tambahnya.
Baca juga: GMNI Desak Polisi Tindak Vendor Makan Bergizi Gratis yang Lalai
Sementara itu, Ketua DPC GMNI Surabaya Raya, Ni Kadek Ayu Wardani, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kesadaran kolektif generasi muda dalam memperkuat fondasi kultural dan ideologis bangsa.
“Kebudayaan bukan sekadar warisan, tetapi modal perjuangan untuk berdiri tegak secara mandiri. Generasi muda harus mewarisi semangat Trisakti Bung Karno, berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,” tegas Kadek.
Senada dengan itu, Sekretaris DPC GMNI Surabaya Raya, Alief Susilo Yusuf Hadiwijoyo, menekankan pentingnya literasi sebagai benteng rakyat di tengah keterbukaan informasi digital.
Baca juga: GMNI Surabaya Raya Dukung Program MBG, Sekolah Rakyat, dan Koperasi Merah Putih
“Rakyat harus kuat dalam literasi agar tidak terjebak informasi palsu dan ideologi pasar yang menyesatkan. Penguatan karakter bangsa dimulai dari kebudayaan dan pendidikan kritis,” ujarnya.
Diskusi ini diharapkan menjadi ruang kolaborasi antara seniman, intelektual muda, dan aktivis mahasiswa untuk membangun kesadaran baru bahwa kebudayaan bukan sekadar ekspresi seni, melainkan strategi kemandirian bangsa dalam menghadapi tantangan global.