jatimnow.com-Cuaca laut yang kerap berubah secara tiba-tiba menjadi tantangan bagi para nelayan dalam menentukan waktu berlayar. Untuk meminimalkan risiko kecelakaan dan meningkatkan hasil tangkapan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengajak nelayan di Kabupaten Trenggalek memanfaatkan teknologi informasi cuaca maritim yang kini mudah diakses secara daring.
Hal ini disampaikan dalam kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) yang digelar BMKG Tanjung Perak di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi. Sebanyak 70 nelayan dan penyuluh perikanan mengikuti kegiatan tersebut. Sekolah ini merupakan bagian dari upaya BMKG untuk memperluas literasi cuaca dan iklim di kalangan masyarakat pesisir yang rentan terhadap perubahan iklim dan cuaca ekstrem.
Direktur Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo, menjelaskan bahwa SLCN tahun 2025 mengusung konsep “Goes to Field” dengan tema “Mewujudkan Nelayan dengan Hasil Tangkapan Meningkat dan Aman Berbasis Info Cuaca”. Melalui kegiatan ini, nelayan diberikan pengetahuan praktis untuk memahami dan memanfaatkan informasi cuaca maritim yang akurat.
Baca juga: Sumur Warga Keruh dan Berbau Logam, Ketua DPRD Trenggalek Janji Cari Solusi
“Peserta dibekali kemampuan membaca informasi cuaca, seperti arah dan kecepatan angin, tinggi gelombang, serta arus laut, sehingga mereka bisa menentukan waktu yang tepat untuk melaut. Semua informasi itu bisa diakses dengan mudah melalui layanan cuaca maritim BMKG,” ujarnya, Sabtu (1/11/2025).
Salah satu inovasi yang diperkenalkan kepada nelayan adalah aplikasi Indonesian Weather Information for Shipping (INA-WIS), sistem daring yang bisa diakses di https://maritim.bmkg.go.id/inawis. Aplikasi ini menyediakan prakiraan cuaca maritim hingga 10 hari ke depan sekaligus menampilkan lokasi daerah tangkapan ikan (fishing ground). Dengan adanya layanan tersebut, nelayan diharapkan dapat merencanakan aktivitas melaut secara lebih efisien dan aman.
“Informasi dari BMKG memungkinkan nelayan mengetahui kondisi cuaca lebih awal, sehingga bisa menghindari risiko kecelakaan laut akibat cuaca ekstrem,” imbuhnya.
Baca juga: Novita Hardini Dilantik Jadi Bunda Guru PGRI Kabupaten Trenggalek
Eko juga mengingatkan pentingnya meninggalkan kebiasaan lama membaca cuaca hanya dengan ilmu titen atau berdasar pengalaman turun-temurun. Menurutnya, teknologi informasi cuaca jauh lebih akurat dan bisa menjadi panduan utama bagi nelayan sebelum berangkat melaut.
“Kadang mereka merasa aman karena melihat langit cerah, padahal di tengah laut kondisinya berbeda. Dengan memahami data cuaca, nelayan bisa mengambil keputusan yang lebih aman,” tuturnya.
Selain memberikan pelatihan, BMKG juga mengajak nelayan ikut menjaga perangkat pemantauan cuaca yang dipasang di tengah laut karena alat tersebut berperan penting dalam mendukung akurasi data dan layanan informasi maritim. Program SLCN sendiri telah dilaksanakan sejak tahun 2017 di 22 lokasi dan hingga 2025 telah menghasilkan 1.940 alumni di seluruh pesisir Jawa Timur. Kabupaten Trenggalek menjadi lokasi kedua penyelenggaraan SLCN di provinsi ini tahun 2025 dari tiga lokasi yang direncanakan.
Baca juga: Dinkes Trenggalek Buka Layanan Fisioterapi Keliling Gratis Pasien Lansia
Eko menambahkan, kegiatan SLCN tidak berhenti pada pelatihan tatap muka saja. Para alumni akan tetap menjalin komunikasi dengan BMKG melalui Forum Grup Diskusi (FGD) agar informasi cuaca bisa tersampaikan lebih cepat sekaligus menjadi wadah umpan balik dari nelayan.
“BMKG akan terus memperluas SLCN di berbagai daerah sesuai karakteristik lokal masyarakat pesisir. Baik yang fokus pada budidaya rumput laut, tambak garam, maupun kegiatan perikanan tangkap, semua bisa mendapatkan manfaat dari informasi cuaca yang tepat,” pungkasnya.