Terobosan! Mahasiswa UNAIR Temukan Cara Obati Diabetes dengan Sel Punca

Kamis, 06 Nov 2025 17:25 WIB
Reporter :
Ali Masduki
Terapi insulin selama ini hanya berfungsi untuk memperpanjang harapan hidup penderita diabetes tipe 1, bukan untuk menyembuhkan secara total. (Foto: Ilustrasi/ChatGPT Image)

jatimnow.com - Kabar baik datang dari Universitas Airlangga (UNAIR)! Dua mahasiswa lintas jurusan, M Ibaness Maula Ardinata (Kedokteran 2023) dan Nabila Fariha Hanim (Farmasi 2023), berhasil menciptakan inovasi pengobatan diabetes melitus tipe 1 melalui cangkok sel punca.

Inovasi ini meraih juara 1 sekaligus predikat Best Essay dalam ajang Islamic Medical Scientific Competition and Collaboration Seminar Organized (IMSCOBI) 2025 yang diselenggarakan oleh Universitas Brawijaya.

Karya ilmiah mereka yang berjudul "Optimalisasi Kelangsungan Cangkok CiPSCs Sel Islet Pankreas melalui Nanoenkapsulasi Layer-by-Layer Kolagen dan Partikel Imunosupresan Non-Sistemik sebagai Terapi Diabetes Melitus Tipe 1 dalam Perspektif Islam" menawarkan harapan baru bagi penderita diabetes tipe 1 yang selama ini bergantung pada terapi insulin seumur hidup.

Baca juga: Waspada Flu Malaysia, Pakar UNAIR Ungkap Potensi Lonjakan & Kesiapan Indonesia

Nabila menjelaskan bahwa terapi insulin selama ini hanya berfungsi untuk memperpanjang harapan hidup penderita diabetes tipe 1, bukan untuk menyembuhkan secara total.

Setelah melakukan riset mendalam, tim menemukan bahwa kerusakan sel beta pankreas yang menjadi penyebab utama diabetes tipe 1 berpotensi diperbaiki melalui transplantasi sel punca. Dengan demikian, fungsi produksi insulin dapat dipulihkan secara alami.

"Sel punca itu dapat mengobati segala jenis penyakit yang bersumber dari genetik. Namun, kami sempat menghadapi suatu masalah karena transplantasi sel punca berpotensi mengalami penolakan. Maka dari itu, kami berusaha menemukan solusi untuk mengoptimalisasi proses pencangkokan sel punca itu," tambah Ibaness.

Strategi pertama yang tim lakukan adalah menggunakan nanoenkapsulasi layer-by-layer kolagen. Teknik ini berfungsi sebagai pelindung sel cangkok dengan menyusun kolagen secara berlapis.

"Strategi ini bermanfaat untuk memperpanjang sel punca yang didonorkan, sehingga dapat bertahan lama di tubuh. Hal itu turut berpengaruh besar terhadap jeda konsumsi insulin oleh pasien," jelas Nabila.

Baca juga: Farmasi Unair Gelar Cek Kesehatan dan Kenalkan iTeraCare pada Warga Kediri

Selain itu, Ibaness dan Nabila juga mempertimbangkan penggunaan partikel imunosupresan non-sistemik untuk meminimalkan efek samping pasca pencangkokan. Penerapan partikel ini dinilai mampu menurunkan tingkat toksisitas dalam tubuh yang biasanya ditimbulkan oleh obat imunosupresan sistemik.

\

Pencangkokan sel punca sebagai pengganti sel beta pankreas pada manusia memang masih jarang dilakukan. Hal ini menjadi tantangan bagi Ibaness dan Nabila dalam mencari riset-riset terdahulu sebagai literatur pendukung esai mereka.

Namun, mereka berharap esai ilmiah ini dapat menyumbang keterbaruan riset yang berguna untuk pengobatan diabetes melitus tipe 1 di masa mendatang. Keduanya ingin mengubah anggapan bahwa diabetes tipe 1 tidak dapat disembuhkan.

"Lebih spesifik, aku berharap inovasi ini dapat diterapkan di Indonesia karena masih jarang ditemukan inovasi bioteknologi di sini. Penerapan sel punca ini masih didominasi oleh ilmuwan-ilmuwan luar negeri," pungkas Nabila.

Baca juga: DIABETKOL UNAIR: Inovasi Herbal Manggis-Kumis Kucing Atasi Diabetes & Kolesterol

 

 

 

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!
Berita Surabaya

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler