jatimnow.com - Untuk menciptakan generasi emas di tahun 2045, Pemerintah Kabupaten Jember mengajak Orgasisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) setingkat SMA untuk memerangi pernikahan dini.
Pemkab Jember menyoroti serius dua persoalan krusial yang saling berkaitan, yakni pernikahan dini dan stunting, sebagai upaya untuk melahirkan Generasi Emas Jember yang sehat, cerdas, dan produktif di masa depan.
Upaya pencegahan ini digaungkan melalui kegiatan sosialisasi dengan melibatkan pelajar sebagai agen perubahan utama.
Baca juga: Gus Fawait Ajak Petani Jadikan Jember Lumbung Pangan Jatim
Bertajuk Sosialiasi Pencegahan Pernikahan Dini dan Stunting untuk Pengurus OSIS SMA/SMK/MA se-Kabupaten Jember, ada ratusan pengurus OSIS yang hadir dari dari 175 SMA/SMK/MA Se-Kabupaten Jember di Aula Dinas Pendidikan Jember, Selasa (11/11/2025) lalu.
Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Jember, Edy Budi Susilo, menekankan, generasi muda Jember memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dan motor penggerak kemajuan.
Namun, potensi ini terancam oleh dampak luas dari pernikahan dini dan stunting. "Generasi ini nantinya akan menjadi pemimpin, inovator, dan penggerak kemajuan di masa depan," ungkapnya.
"Namun, potensi besar itu hanya bisa terwujud apabila anak-anak tumbuh dan berkembang secara sehat, cerdas, dan produktif," sambungnya.
Menurut Edy, pernikahan dini bukan sekadar masalah usia, melainkan terkait kesiapan mental, fisik, dan sosial.
Remaja yang menikah di usia muda cenderung belum siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua, yang berakibat fatal pada kesehatan ibu dan anak.
Baca juga: Angka Kematian Ibu dan Bayi Tertinggi di Jatim, Bupati Jember Temui Kader Posyandu
"Akibatnya, risiko kehamilan meningkat dan anak yang dilahirkan akan berisiko lebih besar mengalami stunting," jelasnya.
Stunting sendiri didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis pada 1.000 hari pertama kehidupan.
Oleh karena itu, langkah pencegahan pernikahan dini sekaligus berarti memutus rantai kemiskinan antargenerasi.
Meski data menunjukkan adanya tren penurunan angka pernikahan dini di Provinsi Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Jember, Edy menyayangkan kasus di lapangan masih ada dan menjadi keprihatinan bersama.
Kadispora berharap, para pelajar dapat memahami secara mendalam risiko pernikahan dini dan dampaknya pada masa depan mereka.
Baca juga: Gus Fawait Ajak Pemdes dan RT/RW Wujudkan Program “Jember Baru Jember Maju”
Ia mendorong para pengurus OSIS di sekolah untuk menjadi garda terdepan dalam sosialisasi.
"Jadikanlah isu pencegahan pernikahan dini ini sebagai bagian dari program kerja OSIS kalian. Pengurus OSIS adalah influencer dan panutan di sekolah masing-masing," tegasnya.
Dispora Jember menyerukan agar para pelajar memaksimalkan peran mereka sebagai motor penggerak perubahan dengan membuat kampanye kreatif di media sosial dan mengadakan diskusi-diskusi positif di lingkungan sekolah dan komunitas.
"Saya ingin kalian bangga menjadi generasi emas Jember. Generasi yang sehat, berpendidikan tinggi, berakhlak mulia, serta mampu mengangkat nama baik daerah ini," tandasnya.