jatimnow.com – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim angkat bicara soal kasus kopilot berinisial P yang mengaku difoto dalam keadaan telanjang saat perawatan di IRD RSU dr Soetomo.
Ketua IDI Jatim Poernomo Boedi Setiawan memastikan akan melakukan investigasi terkait tindakan salah satu tim medis berinisial B itu. Apalagi, kasus tersebut berujung pelaporan dugaan tindakan pornografi dan ITE yang dilaporkan oleh P.
"Dalam kasus ini, IDI tidak bisa menghukum begitu saja, karena kami belum menerima aduan. Meskipun demikian, kami akan melakukan investigasi terkait kasus yang telah booming itu," terang Poernomo saat dikonfirmasi, Selasa (30/10/2018).
Baca juga: Balita asal Surabaya Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut
Menurut Poernomo, seharusnya sekecil apapun pemeriksaan itu, apalagi memfoto, harus melalui persetujuan, karena hal itu berkaitan dengan privasi seorang pasien.
"Jika berkaitan untuk visum, dokter bisa memfoto. Kalau tidak difoto, bukti yang dimaksud bisa hilang. Tapi sekali lagi, dokter harus menerangkan pada pasien atas tujuannya memfoto itu. Di sisi lain terkait privasi, pada sisi lain juga sebagai alat bukti hukum," terangnya.
Poernomo juga memastikan hasil foto medis itu dilarang disebarluaskan di luar kepentingan kesehatan pasien. Apalagi jika disebarkan ke grup-grup umum, jelas itu tidak diperbolehkan dan dapat melanggar hukum.
Baca juga: Armudji Dikabarkan Tutup Usia, PDIP: Hoax
"Tapi kalau diedarkan tidak dengan semestinya, maka tidak diperbolehkan. Dan secara umum, itu dapat membuka rahasia jabatan dan ada sanksinya itu," paparnya.
Sementara itu, Direktur RSU dr Soetomo Surabaya mengatakan bahwa tindakan salah satu tim medis berinisial B yang berujung pelaporan dugaan tindakan pornografi dan ITE itu sudah sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).
Bahkan, hal itu lazim digunakan di rumah sakit. Pengambilan gambar pasien bertujuan untuk konsultasi kepada dokter senior.
Baca juga: Disebut 'Telantarkan' Pasien di RSU Soetomo, Ini Jawaban Pemkot
"Ya itu pemeriksaan tambahan, foto itu untuk medical record sebagai sarana diskusi untuk pengambilan tindakan pengobatan bagi pasien tersebut," terang dr Harsono.