Pixel Code jatimnow.com

Ribuan Pelajar di Sidoarjo Nembang Macapat

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Ahaddiini HM
Suasana ‘1000 Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo’ di halaman SMP-SMK Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com)
Suasana ‘1000 Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo’ di halaman SMP-SMK Sepuluh Nopember Buduran Sidoarjo. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com)

jatimnow.com - Ribuan pelajar Sidoarjo tingkat SMP-SMA antusias bawakan macapat di halaman SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo, Sabtu sore (3/8/2024).

Kegiatan bertajuk "1000 Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo", ini hasil kerja sama Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) dengan SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo.

Ketua Dekesda, Ribut Wijoto menyampaikan event ini digelar setahun sekali di setiap bulan Agustus bersama dengan Festival Gamelan Kahuripan.

"Agenda 1000 macapat ini, sepaket dengan Festival Gamelan Kahuripan yang diikuti oleh 13 kelompok mayoritas dari SMP-SMP juga MGMP seni budaya dan MGMP Bahasa Jawa di Sidoarjo. Yang sekarang adalah pagelaran kedua setelah tahun kemarin," ucap Ribut.

Ia melanjutkan digunakan nama festival gamelan Kahuripan karena di Sidoarjo dulu pernah berdiri kerjaan Kahuripan dengan Raja Airlangga.

"Kita ingin mewarisi dan meneruskan kejayaan dari Kerajaan Kahuripan, sehingga kita abadikan melalui nama festival untuk pra-acara. Kemudian puncak acara adalah 1000 Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo," jelasnya.

Lebih lanjut Ribut menambahkan, di Sidoarjo sendiri paguyupan kelompok macapat sangat banyak dengan kegiatan rutin intens nembang macapat. Namun di sisi lain mempunyai permasalahan bahwa belum memiliki gagrak dan cengkok sendiri di Sidoarjo.

"Gaya atau model macapat sendiri belum punya, sehingga Dekesda bekerja sama dengan pihak terkait menggagas macapat gagrak Sidoarjo. Kemudian kita tunjuk koordinator penciptaan, beliau dosen Seni Tradisi STKW yang juga sebagai warga Sidoarjo," terangnya.

Dari penunjukan tersebut, lanjut Ribut, terciptalah 2 macapat gagrak Sidoarjo, yaitu Kinanti dan Asmaradana yang di tembangkan di pondok Asofa pada festival tahun lalu sementara untuk tahun ini tercipta 3 macapat, yaitu pucung, mijil dan gambuh yang dtembangkan bersama-sama di SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo.

Baca juga:
Pemuda di Sidoarjo Ciptakan Miniatur Kapal, Terinpirasi dari Sampah TPA Jabon

"Macapat-macapat yang tercipta, dari inspirasi beliau dengan sumber acuan dari wayang Porongan, kita anggap wayang Porongan sebagai harta karun seni budaya Sidoarjo dengan mengadopsi suluk Ki Suwoto Ghozali yang populer antara tahun 50an sampai 70an, dari suluk itu jadi sumber musikal penciptaan macapat gagrak Sidoarjo," paparnya.

Kedepannya, ‘1000 Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo’ akan dilakukan secara terus menerus dari komite seni tradisi ke sekolah-sekolah sebagai regenerasi, pengembangan dan penciptaan seni budaya.

"Kalau pelajar sudah tahu dan paham nembang, maka 5 hingga 10 tahun kedepan maka kita masih punya harapan seni budaya Sidoarjo lebih baik dari sekarang," tegas Ribut.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo, Ratih Wulansari, SSi MPd menyampaikan sebelumnya ribuan pelajar juga pengajar ini melakukan persiapan dengan mengikuti workshop.

"Sebelum ada 1000 nembang kita ada workshop dikhususkan untuk para guru baik SMP dan SMK Sepuluh Nopember beserta para siswa yang kita pilih. Kemudian terpilih 81 siswa SMK dan 44 siswa SMP di tanggal 20 Juli dengan koordinasi langsung dengan Dekesda yang akhirnya nembang bersama macapat ini dilakukan oleh 1000 pelajar terdiri dari dari pelajar SMK 550 siswa dan SMP ada 450 siswa, jadi ada 1000 siswa," jelasnya.

Baca juga:
Bacabup Sidoarjo Serahkan 2 Mobil Bantuan Pemprov Jatim kepada PAC Ansor

Ratih melanjutkan dengan adanya agenda ini adalah sebagai upaya memasukkan nilai-nilai kearifan budaya lokal tersebut kepada anak-anak.

"Dengan anak-anak mengenal macapat (maca papat-papat) yang berarti ada suku kata yang dibaca empat-empat, menjadi hal baru bagi mereka, kami harap ini terpatri dalam ingatan anak-anak bahwa kita mempunyai kekhasan yang luar biasa yang mungkin mereka belum pernah tahu sebelumnya," tuturnya.

Salah satu peserta kegiatan, siswi kelas 10 LPKC 1 SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo, Chandra Ayu Puspita Sari turut bangga mengikuti kegiatan ini, pasalnya selain ia termasuk salah satu bagian dari 1000, nembang macapat merupakan pengalaman baru baginya

"Senang, bangga. Baru tahu macapat kali ini, meski sulit dalam bahasa Jawa terlebih nadanya, tapi ini cara untuk melestarikan budaya bangsa," pungkasnya.