Pixel Code jatimnow.com

2 Bulan Kota Madiun Deflasi, BPS Sebut Ini Faktornya

Editor : Zaki Zubaidi  
Ilustrasi. (Foto: madiun today)
Ilustrasi. (Foto: madiun today)

jatimnow.com - Kota Madiun mengalami deflasi selama 2 bulan berturut-turut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, deflasi pada Februari di Kota Madiun mencapai 0,78 persen.

Salah satu faktor utama penyebab deflasi adalah penurunan tarif listrik. Yakni, diskon 50 persen bagi pelanggan rumah tangga dengan daya 450 hingga 2.200 watt selama Januari dan Februari.

Juga dipengaruhi penurunan harga kelompok pengeluaran perumahan. Seperti air dan bahan bakar rumah tangga.

"Harga beberapa komoditas dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga mengalami penurunan," ujar Kepala BPS Kota Madiun Abdul Aziz, dilansir Madiun Today, Senin (10/3/2025).

Sejumlah komoditas seperti bawang merah, daging ayam ras, cabai rawit, tomat, semangka, bayam, kacang panjang, dan terong juga mengalami penurunan harga.

"Sehingga memberikan dampak deflasi yang cukup dalam," imbuhnya.

Kendati demikian, beberapa komoditas justru mengalami kenaikan harga pada Februari. Salah satunya, elpiji tiga kilogram.

Baca juga:
Wali Kota Maidi Berkantor di Lapangan Kanigoro Kota Madiun, Ini Alasannya

Kemudian, tarif air minum PAM akibat penyesuaian biaya pemeliharaan meteran oleh Perumda Tirta Taman Sari Kota Madiun. Serta, sejumlah bahan kebutuhan pokok yang lain seperti pepaya, telur ayam ras, mobil, emas perhiasan, dan bensin nonsubsidi. Begitu pula, harga wortel, rokok sigaret kretek mesin, dan jeruk.

Meski terjadi deflasi selama dua bulan berturut-turut, Aziz menjelaskan bahwa situasi ini masih termasuk dalam kategori aman dan relatif terkendali. Apalagi, deflasi lebih banyak dipengaruhi tarif listrik.

"Namun, Maret nanti tarif listrik kembali normal, sehingga harga-harga bisa mengalami penyesuaian kembali," tuturnya.

Baca juga:
Kesan Eddy Supriyanto selama Menjabat Pj Wali Kota Madiun

Aziz pun mengingatkan bahwa anomali cuaca yang masih berlangsung dapat berdampak pada produksi pertanian. Terutama komoditas hortikultura.

Selain itu, momen Ramadan yang biasanya terjadi peningkatan konsumsi. Dengan begitu, berpotensi menaikkan harga bahan pangan.

"Ketika permintaan meningkat, harga cenderung naik. Menjelang lebaran akhir Maret, tarif angkutan juga berpotensi naik, bisa berdampak inflasi," pungkas Aziz.