Pixel Codejatimnow.com

Pecinta Kopi di Banyuwangi Dilatih untuk Naik Kelas

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Hafiluddin Ahmad
Bupati Anas saat mencoba menyajikan kopi.
Bupati Anas saat mencoba menyajikan kopi.

jatimnow.com – Sebanyak 150 anak muda peminat usaha dan pencinta kopi Banyuwangi mengikuti pelatihan pemrosesan kopi di Rumah Kreatif Banyuwangi selama dua hari, Selasa-Rabu (16-17/10/2018).

Pelatihan yang digelar dalam rangkaian Coffee Processing Festival itu diharapkan bisa semakin menumbuhkan wirausahawan di bidang kopi, sehingga bisa memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat.

”Saat ini, kopi lagi jadi tren. Sampai-sampai ada banyak lontaran yang viral soal kopi, seperti ayo ngopi biar enggak salah paham, dipikir sambil ngopi, kuat dilakoni kalau enggak kuat ditinggal ngopi. Itu menunjukkan tumbuhnya kebiasaan minum kopi di masyarakat. Ada peluang besar menumbuhkan wirausahawan kopi sekaligus memberdayakan petani,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Produksi kopi Banyuwangi saat ini berkisar 9.000 ton per tahun dengan luasan lahan hampir 8.500 hektar yang tersebar di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Licin, Songgon, Glenmore, Kalibaru, hingga Pesanggaran.

”Penjualan kopi, baik di warung kopi, kafe, maupun online, terus meningkat,” ujar Anas.

Anas mengatakan, pelatihan ini digelar untuk meningkatkan daya saing dan kualitas produk kopi Banyuwangi. Ia juga ingin ada transfer knowledge dari ahli kopi kepada penggiat kopi, sehingga mereka bisa naik kelas. 

“Ke depan kopi-kopi rakyat ini tidak hanya dijual kopinya, tapi bisa dijual dengan brand yang memiliki bernilai ekonomis tinggi. Sehingga wisatawan yang ke Banyuwangi bisa menikmati kopi rakyat rasa bintang lima,” kata Anas.

Pelatihan tersebut disambut antusias para peserta yang terdiri atas pekebun kopi, pegiat kopi, dan industri kecil menengah (IKM) kopi.

Mereka mempelajari berbagai teknik pengolahan pascapanen dari pakar dan praktisi. Mulai pengenalan dan identifikasi kopi, perambangan, sortasi, pulper, pengeringan honey process, hingga teknik brewing dan latte art.

Salah seorang pemateri adalah Yusianto, peneliti pascapanen kopi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Yusianto menekankan pentingnya proses pengolahan kopi yang baik.

Proses ini diawali dari pemilihan biji yang berkualitas hingga pengolahannya. Yusianto berpesan kepada warga yang berniat bisnis kopi untuk memperhatikan pangsa pasar secara spesifik.

Baca juga:
Diserahkan Mendagri, Banyuwangi Raih Peringkat Pertama Kinerja Pemkab Se-Indonesia

"Jangan konsumen dipaksa seolah-olah penikmat kopi sejati, lalu hanya menyediakan kopi hitam. Kedainya bakal susah berkembang," kata Yusianto.

Para peserta juga dapat ilmu menyangrai (roasting) kopi dari roaster kopi Emir Yusuf, juara Festival Kopi Nusantara.

"Dibanding menyangrai manual, hasil roasting lebih bisa dikontrol dan bisa efisien. Kalau manual dengan api, satu kilogram bisa memakan waktu 30 menit, dengan mesin ini 18 menit,” ujarnya.

Para peserta pun merasa puas dengan materi yang diberikan. Suhartini, pekebun kopi asal Kecamatan Kalibaru, senang karena mendapat teknik dasar mengolah kopi.

"Ternyata banyak yang harus saya perbaiki dalam usaha kopi. Seperti petik kopi yang selama ini asal petik saja sehingga hasilnya tidak maksimal. Begitu juga cara menyangrai, ternyata ada teknik khusus," kata Suhartini yang juga memiliki kedai kopi.

Baca juga:
Hasil Survei PRC, Warga Lamongan Puas Kinerja Yuhronur Efendi-Abdul Rouf

Pelatihan ini membuka mata Suhartini untuk terus meningkatkan kualitas pemrosesan kopi agar bisa menghasilkan dampak ekonomi yang lebih optimal.

"Saya sudah dapat pesanan dari Cina. Tapi kopi saya proses otodidak. Teknik yang saya pelajari dua hari ini pasti jadi bekal untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi. Saya lebih percaya diri menyambut pesanan selanjutnya," jelasnya.

Pelatihan ini ternyata juga menarik perhatian seorang ibu rumah tangga untuk medaftar jadi peserta. Rohanna mengaku sudah satu tahun terakhir ingin membuka kedai kopi.

"Pelatihan ini memantapkan saya untuk segera berbisnis kopi. Apalagi di sini saya banyak belajar dari praktisi dan pekebun kopi. Besok saya ke Gombengsari, menjajaki kerja sama dengan pekebun sekaligus belajar sangrai manual," kata Rohanna.