Polrestabes Surabaya

Kebijakan itu diambil setelah makin banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan oleh pesilat dan gangster di Jawa Timur.

Saat pelaku mengutarakan cintanya, dan mengajaknya menikah. Tak disangka, cintanya ditolak. Pelaku pun sakit hati.

Tak hanya mengeroyok korban, 2 anggota gangster ini juga mengambil sepeda motor milik korban.

Kok mudah banget tersulut emosinya hanya gara-gara masalah sepele.

Masih layakkah Kota Surabaya menyandang predikat Kota Layak Anak (KLA) di tengah maraknya kasus pencabulan dan kekerasan anak?

Dalam video yang beredar tersebut, diketahui para pelaku memukul korban menggunakan palu dan tas.

Korban dicatok tangannya, disuruh minum air mendidih, diikat dan disiram air panas. Tapi anehnya, korban masih membela ibu dan mengakui hukuman itu karena kesalahannya.

Aksi bejat ini sudah terjadi selama 4 tahun. Terakhir dilakukan pada bulan Januari ini, saat sang kakak sedang mabuk dan ingin menyetubuhi korban.