jatimnow.com - Setelah 17 tahun lamanya berseteru warga kampung Cantuk Lor dan Cantuk Kidul, Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi ini akhirnya islah alias rukun kembali.
Penduduk dari dua dusun yang telah lama berseteru itu kini telah akur dan Kamis (21/2/2019) malam menjadi momen menggembirakan bagi seluruh masyarakat di desa tersebut.
Sejak perdamaian tersebut disepakati, kini tidak ada lagi sebutan untuk warga kampung Cantuk Lor maupun Cantuk Kidul berganti dengan nama Dusun/Desa Cantuk. Perdamaian tersebut dikemas dalam sebuah Pengajian dan Santunan Anak Yatim.
Disaksikan oleh Kapolres Banyuwangi AKBP Taufik Herdiansyah Zeinardi, beberapa ulama, tokoh masyarakat Cantuk Kidul dan Cantuk Lor, serta seluruh anak-anak, pemuda hingga orang dewasa di desa tersebut.
Baca juga: 38 Perguruan Silat Deklarasi Jogo Suroboyo, Begini Janji Damainya
Uniknya, yang mempersatukan kedua warga dari dua kampung tersebut adalah anak dari dua tokoh masing-masing kampung tersebut yang selama ini dianggap sebagai panutan.
Mereka adalah Febriana Safitri atau putri dari Fauzi seorang tokoh di kampung Cantuk Kidul dengan Tesa Mellina, putri Masbudi tokoh kampung di Cantuk Lor. Kedua anak perempuan itu ternyata teman seangkatan di Pondok Pesantren Gontor.
Fauzi mengatakan, bahwa selama 17 tahun terakhir dirinya tidak pernah bertegur sapa dengan tokoh atau panutan dari desa Cantuk Lor. Namun berkat putrinya, kini mereka merasa telah tersadarkan.
"Mulai detik ini tidak ada Cantuk Lor, Cantuk Kidul, yang ada Dusun Cantuk, semuanya warga Cantuk. Atas nama keluarga saya banyak salahnya, saya minta maaf," kata Fauzi dihadapan 500 lebih warga yang malam itu memadati lokasi.
Sedangkan, Masbudi yang juga Kepala Desa Cantuk menceritakan, awal dari perdamaian itu setelah putrinya akan kembali Ponpes Gontor beberapa minggu yang lalu. Sebelum kembali, anaknya ingin menjenguk Febriana Safitri dirumahnya.
Mendengar hal itu, dirinya mengaku kaget dan bingung. Tetapi karena rasa malu kepada anaknya dirinya memberanikan diri untuk mengantarkan putrinya itu ke rumah Fauzi.
Sewaktu anaknya turun dari mobil di depan rumah Fauzi, Tesa disambut pelukan oleh Febriana. Namun dirinya masih enggan turun dari mobil yang dikemudikannya.
"Anak saya sudah peluk-pelukan pas turun dari mobil, dan saya malah dihampiri oleh Fauzi dan diajak turun. Seketika itu saya langsung turun dan memeluk Fauzi. Setelah 17 tahun tidak pernah ngomong," jelasnya.
Baca juga: Sejumlah Elemen Deklarasi Jogo Suroboyo Jelang Demo Tolak Omnibus Law
Dengan perdamaian ini, kata Masbudi, perseteruan akibat perbedaan dukungan pada Pilkades di desa itu yang diduga sebagai pemicu perseteruan yang berkepanjangan berakhir.
"Apabila ada yang mengusik perdamaian ini, maka saya dan Fauzi bersepakat akan mengundang dan menyelesaikan secara bersama-sama," kata dia.
Sementara itu, Kapolres Banyuwangi AKBP Taufik Herdiansyah Zeinardi mengatakan, bahwa keamanan dan ketertiban masyarakat merupakan salah satu perbuatan yang ridhoi oleh Allah. Jangan dirusak, mari kita tutup lembaran-lembaran lama itu dan membuka lembaran baru.
Perdamaian ini, kata Taufik, dapat menjadi inspirasi terutama bagi desa-desa lain yang masih berseteru di wilayah Negara Indonesia akibat perbedaan pilihan Calon Kepala Desa.
"Mari kita jaga perdamaian ini, kita rawat. Mari kita buka lembaran baru untuk memajukan daerah kita masing-masing," kata AKBP Taufik.
Ratusan orang, yang saat itu hadir dalam pengajian dan menyaksikan momentum tersebut juga terlihat haru dan bergembira dari peristiwa tersebut. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dikabarkan juga menghadiri acara Pengajian dan Santunan Anak Yatim sekaligus momentum perdamaian tersebut.
Baca juga: Tolak Tindakan Anarkis, Warga Kota Probolinggo Gelar Deklarasi Damai