jatimnow.com - Penemuan relief di Kelurahan Gedog, Kota Blitar disebut menjadi petunjuk kuat bila situs Joko Pangon itu pernah berdiri sebuah kompleks percandian. Relief yang terukir dalam bongkahan batu andesit itu menggambarkan dua orang wanita berambut panjang.
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Wicaksono Dwi Nugroho menduga jika relief tersebut menceritakan kisah Panji.
"Kami mencoba mencari di berbagai literasi. Dan sepertinya itu bercerita Sri Tanjung yang menunggu suaminya pulang," kata Wicaksono, Jumat (6/9/2019).
Baca juga: Video: Konservasi Benda Koleksi Museum Daerah Tulungagung
Gambar relief itu, lanjut Wicaksono, memiliki kesamaan dengan relief di Candi Jabung. Sedangkan gambar dua perempuan tersebut merupakan satu wanita dengan dua adegan. Wanita tersebut tergambar berambut panjang dengan anting yang panjang yang menggambarkan seorang putri.
Baca juga:
- Temuan Kepala Kala di Blitar Disebut Mengarah ke Struktur Percandian
- Bila Lokasi Temuan Kepala Kala itu Terbukti Komplek Percandian
- Setelah Kepala Kala, Benda Bersejarah Kembali Temukan di Kota Blitar
Pada adegan yang pertama, wanita tersebut terlihat duduk di atas sebuah batur. Sementara dalam adegan kedua, sang wanita duduk di atas tanah.
Baca juga: Pameran Meteorit Digelar di Pendopo, Bupati Jember Sebut Perlu Kajian Lebih Dalam
"Karakter penggambarannya sama. Kami mencoba menelusuri. Dan reliefnya sama dengan Candi Jabung di era Majapahit di wilayah Probolinggo. Gambarnya sama," ungkap Wicaksono.
Selain Candi Jabung, penggalan cerita Sri Tanjung dalam relief yang ditemukan warga di Gedog itu juga memiliki kemiripan dengan yang ada di Candi Penataran, Kabupaten Blitar.
Ia menambahkan, munculnya relief tersebut dapat menunjukan jika candi yang diduga ada di wilayah Gedog dibuat atas intervensi dari pemerintahan saat itu.
Baca juga: Pecahan Kendi Susu Ditemukan dalam Situs Diduga Peninggalan Majapahit di Jombang
"Kan sebelumnya juga ditemukan Kepala Naga. Nah, candi yang dilengkapi Yoni Dewa Naga atau Nagari merupakan tinggalan dari tempat peribadatan kelas kerajaan besar," tutur Wicaksono.
Hingga kini, BPCB Trowulan masih melakukan berbagai survei dan mempelajari berbagai temuan di Kelurahan Gedog. Untuk itu, Wicaksono meminta masyarakat untuk tidak memindahkan situs purbakala lain jika suatu saat kembali menemukannya.