jatimnow.com - Video aksi saling memaafkan antara polisi dan peserta demo tolak Omnibus Law viral di media sosial. Belakangan diketahui suasana mengharukan itu terjadi di Kota Pasuruan.
Dari video yang beredar, massa aksi sempat adu mulut, adu dorong hingga melempari polisi dengan apa saja yang mereka pegang. Polisi akhirnya memukul mundur para pendemo hingga suasa mereda.
Peristiwa itu terjadi dalam demo tolak Omnibus Law di depan gedung DPRD Kota Pasuruan, Jumat (9/10/2020). Dalam demo itu, massa juga merusak pos lantas di Simpang Empat Jalan Veteran Kota Pasuruan.
Baca juga: Anies Baswedan Tebar Janji ke Nelayan Lamongan: Bakal Ubah Regulasi BBM Solar
Saat kericuhan pecah, Kapolres Pasuruan Kota, AKBP Arman dan Dandim O819 Pasuruan Letkol Arh Burhan Fajari, meminta pasukan Dalmas diam dan kedua pimpinan TNI-Polri di wilayah Pasuruan tersebut kemudian menemui massa untuk meredam emosi mereka.
"Kalau pasukan yang maju, takutnya mereka akan salah paham, mengira akan nggebukin massa yang anarkis. Makanya kita dekati dengan hati, ternyata saya maju sendiri, disusul Pak Dandim, pasukan gak usah maju. Itu menurunkan emosi mereka," jelas Arman, Sabtu (10/10/2020).
Baca juga: Koalisi Organisasi Profesi Kesehatan di Ponorogo Tolak RUU Omnibus Law
Setelah korlap aksi, Kapolres serta Dandim bertemu dan berdialog, korlap aksi menyadari jika banyak peserta aksi yang sulit dikendalikan dan mengarah ke anarkis. Korlap aksi pun minta maaf terkait kerusuhan tersebut.
Dari sanalah satu per satu peserta aksi bersalaman dan mencium tangan Arman dan Dandim.
"Mereka kan sebenarnya punya hati juga. Sehingga kita dekati secara personal dan hatinya. Buktinya cepat luluh itu, tidak perlu berjam-jam lempar-lemparan dan tembak gas air mata," ungkap Alumni Akpol Tahun 2002 itu.
Baca juga: Buruh di Jombang Turun ke Jalan, Ini Tuntutan Mereka
Setelah massa tenang, Ketua DPRD Kota Pasuruan, Ismail Marzuki Hasan menemui massa dan mengabulkan tuntutan massa tentang penolakan Omnibus Law untuk diteruskan ke DPR RI.
"Masa yang anarkis ternyata ada miss komunikasi. Masa yang anak-anak tanggung ini, mereka sudah dicekoki bahasa-bahasa bahwa Ketua DPRD tidak mau menemui. Padahal sebelum mereka lempar-lemparan, Ketua DPRD sudah keluar mau mengambil mikrofon. Cuman korlapnya melarang. Sebab meraka masih ingin orasi. Nah itu dianggap Ketua DPRD tidak mau keluar," beber Arman.
Setelah keinginannya terpenuhi, massa aksi dan polisi pun duduk berbaur saling memaafkan dengan bersalaman. Mereka juga tampak tertawa bersama.