jatimnow.com - Hari Jumat, (4/11/2022) merupakan peringatan setahun bencana banjir bandang di Kota Batu pada 4 November 2021. Tragedi itu menelan 7 korban jiwa serta merusak fasilitas umum serta menghanyutkan harta benda para warga.
Untuk itu, Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko meminta mitigasi bencana supaya lebih siap. Artinya sekarang sudah punya kluster-kluster khusus yang untuk bisa melakukan hal-hal ketika bencana itu .
"Selain itu untuk mencegah bencana juga sudah ada kegiatan susur sungai di Desa Bulukerto. Dan sepanjang sungai yang disusur masih ditemui kayu-kayu pohon tumbang yang dikhawatirkan menyumbat jalannya air," urainya, Jumat (4/11/2022).
Baca juga: KWB Super Adventure 7 di Kota Batu Diikuti 3.000 Riders
Dikhawatirkan kayu-kayu menyebabkan ada sumbatan-sumbatan air, dan itu yang terjadi ketika banjir bandang. Namun, Dewanti sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak lainnya untuk mencari solusi menyingkirkan kayu-kayu pohon di sungai itu.
"Kita sudah berkoordinasi dengan institusi lain untuk bisa bagaimana supaya kayu tersebut di atasnya tidak menghambat jalannya air," urainya.
Sementara itu, Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu menjelaskan dalam menghadapi kondisi siaga darurat bencana sejumlah 337 personel gabungan dari berbagai pihak dilibatkan.
"Karena awal Oktober lalu di Kota Batu sudah memasuki musim hujan. Sehingga peningkatan kesiapsiagaan dan koordinasi lintas sektoral yang melibatkan unsur pentahelix dilakukan," ungkapnya.
Terlebih BMKG sudah merilis potensi musim hujan di awal Oktober, jadi kita melakukan antisipasi dan peningkatan kesiapsiagaan dengan melibatkan ada 337 personel pasukan.
Baca juga: Pj Wali Kota Batu Puji Atlet Disabilitas Berprestasi di Peparnas XII 2024
"Karena wilayah Kota Batu memiliki beberapa potensi ancaman bencana. Diantaranya, tanah longsor, banjir, kebakaran hutan dan gedung. Untuk potensi banjir bandang di Desa Bulukerto dimungkinkan dapat terjadi kembali," tegasnya.
Selain itu hasil susur sungai yang dilakukan tim gabungan dari Perhutani dan personel BPBD ditemukan adanya kayu-kayu pohon di sepanjang 5,9 kilometer. Kondisinya, tidak menumpuk atau berserakan.
"Posisinya tidak menumpuk atau berserakan. Kami melihatnya pohon-pohon itu ada serabut dengan akarnya, bukan pembalakan liar dalam bentuk potongan-potongan, itu akarnya terlihat dari dokumentasi yang kami terima," katanya.
Kemudian, medan sulit menuju lokasi tidak memungkinkan untuk menyingkirkan kayu pohon-pohon yang jauh. Bila kayu-kayu dipindahkan ke tepi sungai juga memungkinkan untuk jatuh ke bawah kembali.
Baca juga: Usai Tinjau SDN 02 Songggokerto, Pj Wali Kota Batu Perintahkan Perbaikan Segera
"Medannya sangat sulit, perjalanannya saja 3,5 jam menuju salah satu titik, dan tebingnya 20 meter kanan kiri. Jadi kayu-kayu itu kalau kita pindahkan ke samping-samping kemungkinan akan jatuh lagi, kalau kami potong resiko terbawa air kecil ke rumah penduduk warga," katanya.
Kemudian, cara lain yang akan dilakukan untuk menyingkirkan kayu-kayu pohon tersebut dengan menyuntikkan obat tanaman untuk mempercepat pelapukan. Namun, proses tersebut membutuhkan waktu sekitar tiga bulan dan sedangkan prediksi puncak musim hujan akan terjadi pada Januari 2023 mendatang.
"Solusi alternatif, kita akan uji coba menyuntikkan untuk mempercepat pelapukan, tapi proses kalau sudah disuntik butuh waktu tiga bulan, nanti kayunya gemuk akan lapuk, jadi tidak akan membahayakan. Kita masih kaji, kemarin rapat koordinasi Gubenur bersama BNPB, ibu wali sudah menyampaikan permasalahan ini," tutupnya.