jatimnow.com - Di daerah lereng Gunung Anjasmoro, tepatnya di Dusun Segunung, Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, terdapat perajin jajanan jaman dulu (jadul).
Jajanan jadul ini namanya adalah Cekeremes. Jajanan ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Hingga kini masih digemari masyarakat. Khususnya masyarakat yang ingin bernostalgia dengan kenangan masa lalu.
Ya, perajin cekeremes ini adalah Suyanto (40), warga Dusung Segunung, Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Pria beranak tiga ini mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah dari memproduksi cekeremes.
Baca juga: Latiao Berbahaya! Disperindag Lamongan Imbau Warga Waspada Konsumsi Jajan Impor
Ditemui di rumahnya, ia menjelaskan bahwa pembuatan cekeremes ini sangat mudah. Cekeremes terbuat dari bahan pokok ubi jalar, yang berwarna putih maupun ungu.
Ia mengaku ide membuat cekeremes ini berawal dari niatan dia untuk mempertahankan jajanan jadul. Dan pada 2018 yang lalu ia mencoba membuat cekeremes. Kala itu inisiatifnya, hanya sekadar ingin menghidupkan terus jajanan jadul.
Namun, tak disangka lambat laun usahanya berjalan lancar hingga terus berkembang.
"Ya ingin terus menghidupkan usaha warisan leluhur. Ya bagaimana agar tidak punah, dari situ kepikiran ingin usaha jajan cekeremes ini. Alhamdulillah berjalan lancar sampai sekarang," terangnya, Rabu (30/11/2022).
Untuk membuat cekeremes ini, ia mengaku dibantu dengan 4 orang karyawan. Mereka berbagi tugas, ada yang bertugas mengupas ubi, minggiling, memasak, dan melakukan pengemasan untuk dijual.
Agar jajanan jadul ini tetap eksis di era kekinian, ia mengaku membuat banyak varian agar cekeremes tetap eksis.
Baca juga: 3 Rekomendasi Kudapan Kekinian Pemanis Suasana Berlebaran, Berikut Resepnya
"Ada dua bahan yang dipakai dan itu sekaligus memberikan warna baru. Yakni ubi jalar warna-warni. Dan ini mampu menarik perhatian pelanggan," ucapnya.
Ia menyebut, ide itu muncul agar tidak membuat pelanggan bosan melihat jajanan jadul pada umumnya.
"Gak ada tujuannya sebenarnya sih, cuma agar tidak bosan saja lihatnya gitu. Jadi ada yang berwarna ungu dan putih, juga bentuknya yang biasa bulat gitu, ini seperti bakpao mini bentuknya," katanya.
"Namun tidak lepas dari rasa, untuk memanjakan lidah para pelanggan. Kalau soal cover, tujuannya untuk membuat pelanggan tertarik saja. Soal rasa, bagaimana mereka bertahan jadi pelanggan kita," sambungnya.
Baca juga: Kuliner Ceker Setan untuk Berbuka Puasa di Ponorogo, Penyuka Pedas Pasti Suka
Ia mengaku dari usaha produksi cekeremes itu, tiap bulannya mampu meraup Rp7 juta hingga Rp10 juta.
"Alhamdulillah, kalau normal setiap bulanya bisa dapat omzet sekitar 7 sampai 8 jutaan. Kalau pas momen-momen tertentu seperti lebaran atau hari perayaan lainnya, kadang bisa tembus 10 juta bahkan lebih," paparnya.
Ia mengaku untuk penjualan cekeremes ini, biasanya ia melayani pesanan melalui online atau offline. Tak hanya itu, pesanan juga menyebar hingga ke seluruh Jatim.
"Pelanggannya di Mojokerto, Pasuruan, Malang dan Jombang," ujarnya.
Ia mengaku setiap hari ia menghabiskan ubi jalar 30 kilogram. Itu bisa diolah menjadi sekitar 200 bungkus jajan cekeremes.