jatimnow.com - Fakultas Ilmu Budaya, Progam Studi Sastra Jepang Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya melaunching program matching fund Desa Claket Go Internasional.
Program kolaborasi dan sinergi strategis dari Untag Surabaya yang menghabiskan Rp560 juta dana hibah dari Kemdikbudristek Republik Indonesia itu mengangkat tema "Pemanfaatan Kearifan Lokal Guna Pengembangan Desa Wisata dan Ekonomi Kreatif di Desa Claket, Mojokerto".
Pembrandingan Desa Claket menjadi desa wisata go internasional itu dibangunkan sebuah taman berkonsep Japan yang dilengkapi gerbang Kuil Tori yang berada di taman tersebut.
Baca juga: 3 Desa Wisata Jatim Borong Penghargaan ADWI 2024 dari Kementerian Pariwisata
Keindahan taman tersebut juga didukung dengan background dua gunung yang terletak di dekat Desa Claket, yaitu Gunung Pundak dan Welirang.
Selain branding Desa Claket yang dikerjakan selama 5 bulan, juga dilakukan pelatihan kreatif bagi ibu-ibu PKK dan komunitas pemuda asal desa setempat hingga pemberdayaan kearifan lokal untuk mengembangkan desa wisata dan ekonomi.
Pelatihan tersebut meliputi tata kelola wisata, pelatihan Bahasa Jepang dan Inggris, pelatihan guide pendakian, pelatihan trainer outbond, pelatihan digital marketing, pelatihan pengelolaan website, pelatihan pembuatan souvenir, pelatihan pembuatan konten video, hingga pelatihan pembuatan kuliner Jepang.
Dalam launching yang dilakukan pada Minggu (11/12/2022) itu, Rektor Untag Surabaya, Prof Mulyanto Nugroho berharap hasil program matching fund tersebut nantinya bisa menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang ke Desa Wisata Claket.
Dia menilai, desa wisata di Claket ini berbeda dengan desa-desa wisata lainnya. Di sini, terdapat konsep wisata bernuansa Jepang.
"Mudah-mudahan ini bisa mendatangkan wisatawan baik lokal maupun internasional. Kita tahu bahwa di Surabaya sudah banyak masyarakat Indonesia yang suka makanan Jepang, bahkan suka tentang pakaian Jepang, itu harapan ke depan kita," ujar Prof Nugroho, Senin (12/12/2022).
Baca juga: SOMRDPE Indonesia 2nd ASEAN Village Network Meeting Berlanjut di Kota Batu
Sementara Kepala Prodi Sastra Jepang Untag Surabaya, Dra Endang Poerbowati mengatakan, dipilihnya Desa Claket itu untuk pengembangan program ini, karena desa tersebut memiliki banyak kearifan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan dan dijadikan salah satu ciri khas yang membedakan dengan wisata lainnya.
"Namun karena keterbatasan mitra, baik dari segi SDM maupun finansial, maka diperlukan campur tangan lembaga universitas dan pendanaan program matching fund untuk mewujudkan Desa Wisata Claket yang berdaya saing nasional," ujar Endang.
Menurut Endang, Desa Claket juga memiliki potensi wisata yang baik sebagai desa wisata yang unggul. Dirinya menilai jika produk-produk UMKM di Claket bisa dikembangkan hingga menjadi komoditi ekspor.
"Hanya saja, pengelolaan area wisata yang kurang maksimal membuat infrakstruktur dan penjualan produk UMKM di sana menurun drastis. Dan kita harapkan malalui matching fund ini, potensial yang ada di desa ini dapat kembali terangkat," imbuhnya.
Baca juga: Sutomo, Menghapus Luka Menyulap Desa
Sekretaris Desa Claket, Muhlis menyampaikan terima kasihnya kepada Untag Surabaya yang telah menghadirkan program matching fund. Sehingga SDM dan perekonomian setempat dapat berkembang lebih baik.
"Terutama bagi UMKM, bagi ibu-ibu penjahit, ibu-ibu yang bisa masak bisa lebih berkembang," ungkap Muhlis.
Muhlis menyebut, selama Pandemi Covid-19, kegiatan yang bersifat peningkatan kapasitas SDM di Desa Claket tidak bisa berjalan lantaran adanya pembatasan mobilitas masyarakat.
"Namun, dengan adanya program matching fund ini, mereka bisa kembali melakukan peningkatan kapasitas SDM. Kami berharap ke depan Desa Claket bisa menjadi desa wisata terbaik dan mampu menjalankan kegiatan baik di kancah regional maupun mancanegara," tandasnya.