jatimnow.com - Tantangan dalam budi daya sayuran cukup banyak. Dua hal yang kerap dihadapi petani adalah gagal panen dan harga jualnya yang kerap anjlok membuat petani mengalami kerugian.
Akibatnya banyak petani gagal menggantungkan kesejahteraaan melalui budi daya sayuran. Hal ini pula yang menimpa petani hutan di kawasan Bukit Jengkoang, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Kota Batu mencetuskan program alih komoditas. Program ini diyakini dapat mengangkat kesejahteraan petani dan bagian melestarikan kawasan hutan. Adapun tanaman yang diusulkan Pemkot Batu adalah kopi, sebagai pengganti tanaman sayur mayur.
Baca juga: KWB Super Adventure 7 di Kota Batu Diikuti 3.000 Riders
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai mengatakan kalau harga sayur mayur kerap berubah-ubah. Berbanding terbalik dengan tanaman kopi yang cenderung stabil, dan kerap naik. Ke depan, budi daya kopi ini bisa meningkatkan kesejahteraan petani.
"Ini bagian dari keinginan (Pemkot Batu) untuk meningkatkan taraf hidup petani hutan. Karena menanam tanaman, sudah memiliki harga pasti. Terlebih kebutuhan kopi di Kota Batu luar biasa," ujarnya usai mengikuti Resepsi 1 Abad NU bersama PCNU Kota Batu, Sabtu (4/2/2023).
Baca juga: Pj Wali Kota Batu Puji Atlet Disabilitas Berprestasi di Peparnas XII 2024
Pemkot Batu akan memberikan pendampingan dan penguatan melalui bantuan modal dan jejaring sosial sampai pemasaran.
"Kalau ada kendala segera laporkan, Pemkot Batu akan terus memantau perkembangannya," imbuhnya.
Baca juga: Usai Tinjau SDN 02 Songggokerto, Pj Wali Kota Batu Perintahkan Perbaikan Segera
Sementara itu, Ketua LMDH Kota Batu, Heru Setyaji mengapresiasi hal tersebut. Tapi ia meminta campur tangan pemerintah untuk melakukan pendampingan budi daya kopi sekaligus pemasarannya.
"Harga sayuran sekarang Rp3.000 per kilogram, sementara mengojek hasil panen Rp100 ribu per kuintal, dari situ saja kita sudah kehilangan Rp1.000. Belum kebutuhan operasional lainnya. Nah, menanam kopi sepertinya memberi jaminan," tutupnya.