jatimnow.com - Tikus jadi salah satu hama perusak tanaman padi petani. Hal ini dirasakan petani di Desa Tambakrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Saat jengah dengan ulah tikus, ide untuk memanfaatkan burung hantu kemudian muncul.
Burung hantu jenis Tyto Alba menjadi pembasmi hama tikus alami andalan petani setempat. Tak rumit, petani cukup menyediakan rumah tinggal dari kotak kayu disebut pagupon.
“Pagupon itu kami buat sendiri dan dipasang di ketinggian lebih dari delapan meter dari permukaan tanah dengan bambu atau ditaruh di atas pohon,” kata Ponidi (60) Ketua Subblok Jogo Tirto, Jumat (17/3/2023).
Baca juga: Polres Lamongan Dirikan Ratusan Rumah Burung Hantu, untuk Apa?
Ponidi mengatakan, pemanfaatan Tyto Alba sebagai pengendali alami hama tikus di desanya sudah berlangsung lebih dari sepuluh tahun.
Ide tersebut, jelas Ponidi, berawal dari dari mantan penyuluh pertanian lapang (PPL).
“Dulu yang mengajak Pak Pitoyo, salah satu mantan PPL. Yang dipelajari ketika berada di Jombang. Dan diterapkan di wilayah kami,” katanya.
Untuk memuluskan ide itu, lanjut Pitoyo, mereka bersama-sama membeli indukan Tyto Alba. Harganya bekisar antara R 2,5 juta hingga Rp3,5 juta.
"Kami belinya satu ekor dulu, kemudian saat ada uang, beli lagi satu ekor," katanya.
Lambat laun populasi indukan berkembang hingga enam ekor. Dari enam ekor burung, lanjut Ponidi, dapat melindungi lahan sawah seluas 20 hektare lebih.
"Satu ekornya juga dapat memangsa sampai 20 ekor tikus dalam semalam,” ungkapnya.
Kini, sudah ada sekitar seribu ekor burung hantu lumbung yang tersebar di wilayah Desa Tambakrejo, Kecamatan Muncar.
Baca juga: Lapak UMKM Porprov Jatim 2023 di Sidoarjo Diacak-acak Tikus
“Itu kami biarkan makan dan berkembang biak sendiri selama hampir 13 tahun, sehingga jumlahnya sudah banyak,” tuturnya.
Terpisah, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, Ilham Juanda mengatakan, pemanfaatan Tyto Alba untuk memerangi hama tikus dinilai efektif secara alami.
Terlebih, musuh alami tikus saat ini mulai berkurang sedangkan tingkat reproduksinya sangat tinggi.
"Sehingga pengembangan dan pemanfaatan burung hantu sebagai predator alami cukup efektif," ujarnya.
Pemafaatan burung hantu, kata Ilham, dianggap jauh lebih aman ketimbang penggunaan bahan kimia dalam hal ini racun tikus. Karena sifat kimianya yang bisa merusak semua.
"Karena racun itu kan tidak spesifik yang justru bisa merusak serangga lain yang sifatnya menguntungkan. Sedangkan burung hantu sifatnya lebih spesifik yakni memburu timur sebagai mangsanya," jelasnya.
Baca juga: Alhamdulillah! Petani Jombang Panen Raya Usai Menanti Dua Tahun
Di Banyuwangi sendiri, jelas Ilham, pemanfaatan rubuha atau rumah burung hantu (Rubuha) masih sangatlah kecil. Dari luas area persawahan di Banyuwangi yang mencapai 65.000 hektare.
"Jadi masih sangatlah kecil ya dari luas area persawahan di Banyuwangi. Mungkin masih 1000 sampai 2000 hektare yang tercover (Rubuha). Dan akan terus kita tingkatkan minimal 10 persen populasi tanaman padi," terangnya.
Ilham mengatakan, pihaknya gencar melakukan sosialisasi terkait pemanfaatan rubuha kepada petani. Melalui, petugas penyuluh pertanian yang ada di setiap kecamatan.
"Disamping sosialisasi kita juga memberikan bimtek bagaimana cara memelihara dan mengembangkan Rubuha kepada petani melalui petugas di lapangan," pungkasnya.