jatimnow.com - Ramadani Pelangi Qurani (3,5) dari Desa Pulosari, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo saat ini masih dirawat akibat tercebur kuah sayur panas. Kejadian serupa bukan yang pertama di Bumi Reog.
Beberapa tahun terakhir ada tiga kasus serupa yang disebabkan oleh kelalaian pengawasan anak-anak.
Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Ponorogo, Supriyadi, mengungkapkan bahwa selama masa jabatannya telah terjadi tiga kasus serupa.
Baca juga: Usai jalani 4 Kali Operasi, Bocah Tercebur Kuah Panas di Ponorogo Meninggal Dunia
“Tahun 2019 itu 2 kali dengan jarak berdekatan. Lalu sekali ya ini adik Ramadani,” ujar Supriyadi, Sabtu (23/9/2023).
Kasus pertama adalah balita Arif Nur Hasan dari Desa Sidoharjo, yang terkena air panas pada tahun 2019. Tragisnya bayi berusia 17 bulan itu meninggal dunia setelah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Harjono.
Baca juga: Begini Kisah Dokter IGD RSUD dr Harjono Ponorogo Tangani Anak Tercebur Kuah Panas
Kasus kedua dialami oleh Maftuh Ahnan, balita berusia 15 bulan, yang juga dirawat di RSUD dr Harjono setelah terkena tumpahan air panas pada tahun yang sama.
Luka bakarnya tidak sebesar kasus pertama, hanya persen. Tetapi tetap mengkhawatirkan. Katena Maftuh juga harus mendapatkan perawatan di RSUD dr Harjono Ponorogo.
Kasus terbaru adalah Ramadani Pelangi Qurani, yang tercemplung kuah sayur panas pada September 2023. Ramadani mengalami luka bakar yang cukup serius, mencakup sekitar 50 persen dari tubuhnya.
Baca juga: Biaya Pengobatan Balita Tercebur Kuah Panas Ditanggung Dinsos P3A Ponorogo
Supriyadi mengingatkan orang tua dan pengasuh untuk lebih berhati-hati dan waspada, terutama ketika merawat anak-anak kecil. Balita tidak selalu menyadari bahaya yang mungkin mengancam mereka, sehingga pengawasan yang baik sangat penting.
"Ketiga kasus tersebut menjadi pengingat bagi masyarakat Ponorogo tentang pentingnya keamanan dan pengawasan anak-anak saat berada di sekitar benda-benda berbahaya, seperti air panas," pungkasnya.