jatimnow.com - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima kunjungan dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Gedung Siola Surabaya, Kamis (6/9/2018). Sebanyak 10 orang dari PGRI itu mengunjungi CC 112, layanan disabilitas Puspaga, dan Co-Working Space Koridor.
Rektor Pradita Institut, Prof Eko Indrajat mengatakan kunjungan kali ini karena bertepatan dengan adanya rakernas di Kota Surabaya. Makanya, dia menyempatkan waktu untuk bertemu Wali Kota Risma.
"Orang-orang bilang kalau mau belajar ke Kota Surabaya. Melihat isi gedung Siola saya speechles, dulu waktu kuliah di sini, di Siola sekarang sudah berubah luar biasa, gak heran semua dunia belajar di sini," ujar Eko Indrajat kepada jatimnow.com di sela-sela kunjungannya ke Siola.
Baca juga: ASN Pemprov Jatim Dilarang Pakai Mobil Dinas untuk Mudik Lebaran
Eko menceritakan, ketika dulu baru belajar tentang e-Government dan e-Procurement, dirinya selalu dengan Wali Kota Risma kemana-mana ke berbagai kota.
E-Procurement sendiri adalah proses pengadaan barang atau jasa yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik yang berbasis web atau internet.
Aplikasi ini juga memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi pelelangan umum, pra-kualifikasi dan sourcing secara elektronik dengan menggunakan modul berbasis website.
"Belajar itu memang resikonya sangat tinggi, jika diibaratkan kayak bedah jantung, karena intinya korupsi ada di situ. Dan saat belajar e-Procurement bisa lebih efisien hingga 40 persen dan sisanya bisa di buat lain-lain,” kata dia.
Sementara itu, Wali Kota Risma mengatakan bahwa Prof Eko lah yang dulu membantunya menyelamatkan e-Procurement kemana-mana, terutama saat presentasi di beberapa kota pada tahun 2003 silam.
"Prof Eko ini yang kemana-mana kalau saya presentasi di Bandung, Jakarta bela-belain kalau ini benar, ini betul langkahnya. Akhirnya e-Procurement bisa berjalan hingga tingkat nasional," terang Risma.
Baca juga: Diserahkan Mendagri, Banyuwangi Raih Peringkat Pertama Kinerja Pemkab Se-Indonesia
Risma juga menceritakan jika di Indonesia sendiri sudah banyak e-Procurement, karena level nasional sudah menerimanya. Akhirnya, terselamatkan e-Procurement itu.
Namun, pada saat berjalannya sistem ini, ia sempat mendapatkan ancaman dari orang yang tidak dikenal.
"Akhirnya saya serahkan ke Pak Agus Raharjo e-Procurement itu. Saat itu, Pak Agus belum jadi Ketua KPK, masih di Bappenas dan akhirnya selamat,” kata dia.
Dengan adanya e-Procurement, semua fasilitas di Kota Surabaya bisa dengan cepat terpenuhi dan dibangun. Sebab, kalau tidak pakai ini akan sulit karena uang Pemkot Surabaya sangat terbatas.
“Tapi dengan kompetisi yang cepat, Surabaya bisa hemat. Kalau tak hitung itu 20-25 persen. Kemudian penghematan itu saya manfaatkan lagi menjadi jalan saluran, sehingga Surabaya lebih cepat dibandingkan negara lain, karena pakai uang itu,” pungkasnya.
Baca juga: Hasil Survei PRC, Warga Lamongan Puas Kinerja Yuhronur Efendi-Abdul Rouf
Reporter: Arry Saputra
Editor: Arif Ardianto