jatimnow.com - Cuaca ekstrem yang masih akan berlangsung di Jawa Timur hingga bulan Maret ini berpotensi meningkatkan ancaman bencana hidrometeorologi, baik berupa angin kencang, banjir dan tanah longsor.
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono mengimbau kepada seluruh warga di Jawa Timur untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaannya, utamanya saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
"Sepekan ini, banyak kejadian banjir, angin kencang dan tanah longsor di berbagai daerah. Kami mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, agar terhindar dari bencana yang mengancam," kata Adhy, Selasa (12/3/2024).
Baca juga: Potensi Longsor Tinggi, PVMBG dan BPBD Ponorogo Pasang LEWS
Dirinya memastikan bahwa perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Jatim dalam kondisi kesiapsiagaan penuh dalam menghadapi potensi hidrometerologi basah yang terjadi di awal tahun 2024 ini.
Seluruh sistem kesiapsiagaan bencana di Jawa Timur, kata Adhy, sudah siap guna mengantisipasi potensi bencana tersebut, baik dalam bentuk peralatan maupun pasukan (personil).
Berdasar rilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim penghujan diprediksi terjadi pada Januari - Maret 2024.
"Merespon prediksi BMKG ini, Pemprov Jatim dengan kesiapsiagaan penuh, seluruh elemennya utama BPBD, Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial wajib fast respons dan lakukan langkah antisipasi di masa-masa seperti ini," ujarnya.
Bencana hidrometeorologi sendiri, sudah terjadi di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur. Antara lain, Kabupaten dan Kota Mojokerto mengalami banjir, tanggul jebol hingga jembatan putus, kemudian genangan, di Kabupaten dan Kota Probolinggo, Kabupaten Madiun, Magetan dan Ngawi juga terjadi banjir luapan air sungai usai hujan deras.
Baca juga: Tanah Longsor di Kesamben Blitar, 4 Pekerja Kandang Ayam Diduga Tertimbun
"Alhamdulillah, sesuai update dari teman-teman di lapangan, kondisi saat ini semua telah surut total dan tidak ada korban jiwa," ucapnya.
Di sisi lain, implementasi langkah tersebut memerlukan kolaborasi aktif dengan segenap unsur pentahelix, yang meliputi pemerintah, masyarakat, sektor swasta atau dunia usaha, akademisi dan kelompok media.
Perlunya pemantauan dan evaluasi secara simultan menjadi kunci keberhasilan dalam memperkuat ketahanan terhadap bencana hidrometeorologi di Jawa Timur.
"Karena bencana itu urusan bersama. Jadi, tidak bisa kalau hanya pemerintah saja yang bergerak. Semua unsur harus bersama-sama turun, melakukan analisis, pemetaan, dan eksekusi," tuturnya.
Baca juga: Unej Tinjau Kebencanaan dari Sisi Sosiologi, Gelar Praktikum di Lumajang
Selain itu, melalui Dinas Sosial, Pemprov Jatim juga melakukan mitigasi dan pemetaan daerah-daerah rawan bencana dengan membentuk 71 Kampung Siaga Bencana (KSB) di Jawa Timur. Dinsos Jatim juga mempersiapkan penyediaan kebutuhan dasar bagi penyintas, dan bahan baku olahan untuk kegiatan Dapur Umum (DU).
"Dinsos dan BPBD terus melakukan koordinasi guna memberikan layanan pemenuhan kebutuhan permakanan bagi penyintas yang tidak bisa melakukan aktivitasnya akibat kondisi bencana, kemudian juga mendirikan tenda-tenda pengungsian," jelasnya.
Adhy juga menjelaskan bahwa di masa pasca bencana, Pemprov Jatim melalui Dinsos Jatim juga melakukan upaya rehabilitasi sosial. Pada tahap ini dilakukan upaya perbaikan fisik dan nonfisik serta pemberdayaan dan mengembalikan harkat hidup terhadap penyintas bencana secara manusiawi.
"Ini dilakukan agar korban bencana tidak mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), kita lakukan dengan kegiatan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) untuk memulihkan dari trauma yang berkepanjangan terutama bagi kelompok rentan," katanya.