PONDOK Pesantren Cangaan. Di kalangan Nahdliyin, nama pondok pesantren di Pasuruan, Jawa Timur ini mungkin sudah sangat populer.
Namun, masyarakat di luar NU, terutama yang tinggal jauh dari Bangil, tempat ponpes berdiri, mungkin belum mengetahuinya.
Baca juga: Cara Golkar Surabaya Peringarti HUT Partai ke-60
Bagaimana jika disebut nama-nama ulama besar seperti Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, Syaikhona Kholil Bangkalan, dan KH Chasbulloh?
Sembilan puluh persen warga negara Indonesia pasti mengenal mereka. Ketiga ulama tersebut adalah tokoh kharismatik, cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Ulama besar tidak lahir begitu saja. Mereka ditempa dalam kawah candradimuka, melalui disiplin yang ketat bimbingan guru yang tepat.
Di Pondok Pesantren Cangaan Bangil inilah, para ulama kharismatik tersebut menempuh pendidikan agama. Jejak mereka terukir dalam ingatan, menjadi oase yang menerangi jalan para santri masa kini dalam meraih masa depan di balik tembok-tembok tua.
Ponpes Cangaan memang tidak megah seperti pesantren modern. Namun, ada kisah yang layak dipertahankan tanpa mengubah keotentikan warisan leluhur.
Baca juga: Paslon Risma - Gus Hans Siapkan Strategi Ini Menangkan Pilgub Jatim 2024
Jejak para pendiri NU tidak terlihat langsung dari jalan raya. Untuk mencapai tanah legenda yang berusia lebih dari 300 tahun ini, peziarah dapat memilih beberapa jalur, dari sisi barat atau timur.
Pondok pesantren Salafi ini terletak di tengah pemukiman keluarga dalem dan warga sekitar. Di area dalem, suasana religius sangat kental, bukan karena suara merdu santri mengaji, melainkan dari arsitektur bangunannya.
Sekilas tampak senyap. Sore itu, hanya ada beberapa anak kecil bermain bola di tengah pesantren dan sekelompok santri perempuan yang bersiap belajar.
Namun, di dalam bangunan tua, para santri laki-laki tampak khidmat belajar berbagai ilmu agama, termasuk kitab kuning, ciri khas pesantren NU.
Baca juga: Suara Nahdliyin Penentu Kemenangan di Pilkada Sidoarjo 2024
Cara belajarnya pun sederhana, masih seperti dulu. Santri dan guru duduk lesehan di lantai, dengan kitab dan alat tulis di meja panjang serta papan tulis hitam di depan.
Suasana tenang, santai, dan tidak gaduh. Mungkin itulah cerminan pengajaran ilmu yang diajarkan para ulama dari masa ke masa.
Sebagai salah satu pondok pesantren tertua di Nusantara, Pondok Pesantren Cangaan Pasuruan tidak hanya menjadi kawah candradimuka bagi generasi emas, tetapi juga tetap menjaga dan melestarikan etika timur yang luhur.